Jakarta – Pemerintah berupaya agar
inflasi tetap terjaga selama bulan Ramadan dan Idul Fitri. Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat laju inflasi April tahun ini 0,09 persen.
Inflasi sepanjang tahun tercatat 1,28 persen dan inflasi tahun ke tahun
sebesar 4,17 persen.
Dilihat dari komposisinya, komponen volatile food mengalami deflasi
1,26 persen sementara komponen administered price masih mengalami
inflasi sebesar 1,27 persen. Penyumbang inflasi terbesar berasal dari
kenaikan tarif dasar listrik (TDL) tahap kedua, serta kenaikan tarif
angkutan udara, bensin dan rokok.
“Tidak ada hal yang mengkhawatirkan mengenai inflasi mulai dari
memasuki bulan Puasa hingga Lebaran,” ujar Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Darmin Nasution dalam Rapat Koordinasi Pembahasan Inflasi
dan Pertumbuhan Ekonomi, Jumat (26/5), di Jakarta.
Hadir pada rapat tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri
Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang
Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Kepala Badan
Pusat Statistik Kecuk Suhariyanto dan Kepala Badan Usaha Logistik Djarot
Kusumayakti.
Menko Perekonomian menyatakan harga bahan pokok sampai Lebaran masih
cukup terjaga. Meskipun ada kecenderungan kenaikan harga di beberapa
komoditas. "Untuk komponen volatile food sampai hari ini masih cukup
rendah. Tapi adabeberapa komoditi yang bisa mengganggu pergerakan harga
volatile food, seperti bawang putih juga telur ayam dan daging ayam”,
kata Darmin.
Menjelang bulan Ramadan, beberapa jenis komoditas pangan pun mengalami
kenaikan harga seiring dengan meningkatnya permintaan. Komoditas bawang
putih mengalami kenaikan harga tertinggi (28,79%), disusul cabai merah
(14,97%), telur ayam ras (8,34%) dan daging ayam ras (4,20%).
Sedangkan harga cabai rawit mengalami penurunan harga tertinggi pada
Mei 2017 namun masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan harga pada
bulan April dan Mei tahun sebelumnya.
Ada kenaikan harga daging sapi secara tidak merata di beberapa daerah
seperti Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Kalimantan Barat dan
Provinsi Kalimantan Timur. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
Kalimantan Barat telah melaporkan adanya kenaikan harga daging sapi
dengan kenaikan tertinggi sebesar Rp.156.450 atau rata-rata sebesar
Rp.138.250.
Menurut Darmin, pemerintah melalui Kemenko Perekonomian akan banyak
melakukan koordinasi kebijakan dengan TPID untuk menjaga stabilitas
harga.