“Moving Forward Under Current Challenges, Obstacles
and Opportunities toward Achieving Geothermal Development 2025 Target”
Kamis, 18 Mei 2017. Pada hari ini, “Geothermal Community Luncheon” dibuka
secara resmi oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Energi (EBTKE), Ir. Rida Mulyana, M.Sc di
Aryaduta Hotel, Jakarta, Mezzanine Ballroom. Acara yang berlangsung pada
tanggal 18 Mei 2017 ini, merupakan agenda resmi Asosiasi Panasbumi Indonesia
(API) sebagai forum dimana pemangku kepentingan dapat berkumpul bersama pemerintah, perusahaan
pengembang kelistrikan, akademisi, lembaga internasional dan perusahaan
pendukung industri sekaligus merupakan launching The 5th Indonesia International Geothermal
Convention & Exhibition (IIGCE) 2017.
The 5th IIGCE 2017 ini akan menghadirkan jajaran
pembicara terkemuka seperti seperti Ignasius Jonan* (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia), Dr. Ir. Agus Hermanto, MM. (Wakil Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat), Sri Mulyani
Indrawati* (Menteri Keuangan Republik Indonesia), Supramu Santosa (Presiden
& CEO Supreme Energy).
Setelah acara makan siang bersama serta
sambutan dari ketua API dan arahan dari Bapak Rida Mulyana, maka acara dilanjutkan
dengan press conference yang dihadiri oleh Direktur Jenderal “DitJen EBTKE’’
Bapak Rida Mulyana; Ketua API, Bapak Abadi Poernomo; dan Ketua Pelaksana IIGCE
2017, Bapak Suharsono Darmono.
Bapak Rida Mulyana menyampaikan
penghargaan serta ucapan terima kasih kepada API dengan tetap melaksanakan
kegiatan IIGCE. Dengan diadakannya acara IIGCE ini saya melihat bahwa kegiatan
geothermal masih tetap exist dan akan
tetap berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah guna mendukung
kebijakan pemerintah dalam penyediaan tenaga listrik dari energi terbarukan,
dengan target 7200 MW di tahun 2025 melalui PP 79/2014.
Abadi Poernomo memaparkan, bahwa kali
ini API mengusung tema “Moving Forward Under Current Challenges,
Obstacles and Opportunities toward Achieving Geothermal Development 2025
Target”, pada acara IIGCE tahun ke-5 ini. Pemilihan tema ini dianggap
tepat dengan melihat situasi ekonomi serta kebijakan-kebijakan dan regulasi
yang ada saat ini. Sehingga menekankan bahwa tantangan serta hambatan-hambatan
masih tetap ada dan harus dihadapi oleh para pengembang sehingga diperlukan
pemikiran-pemikiran yang bersifat “BREAKTHROUGH”
a.l dengan menekan biaya2 disemua tahap kegiatan baik mulai dari survey, eksplorasi, drilling sampai tahap pembangunan power plant, agar menghasilkan tariff
yang terjangkau oleh pemerintah, dan
diperlukan langkah maju kedepan dalam menghadapi tantangan dan hambatan
tsb, namun demikian kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan panas bumi tetap ada terbuka seluas luasnya agar
target yang dicanangkan pada tahun 2025 dapat tercapai. Target yang dicanangkan
yaitu 7200 MW dari panas bumi pada
tahun 2025. Target ini merupakan target yang ambisius, karena hingga saat ini
total kapasitas panas bumi terpasang
ialah 1.643,5 MW, artinya masih ada kekurangan sebesar
±5700 MW yang perlu dikembangkan dalam kurun waktu
10 tahun (atau ± 550 MW per tahun).
“Asosiasi Panasbumi Indonesia (API)
merupakan mitra kerja pemerintah dalam memberikan masukan-masukan, kajian
ilmiah dalam beberapa hal dengan visi untuk dapat mempercepat pengembangan
energi Panasbumi di Indonesia, oleh karena itu hasil kegiatan IIGCE 2017 akan
menjadi suatu bentuk laporan yang akan disampaikan kepada pemerintah sebagai
masukan,” ujar Abadi.
Suharsono menambahkan bahwa IIGCE tahun
lalu dihadiri lebih dari 700 peserta convention
serta 3000 visitor yang
berkunjung ke eksibisi baik dari dalam maupun luar negeri, melanjutkan sukses
tahun lalu IIGCE 2017 ini diharapkan akan menjadi tradisi berkelanjutan bagi
komunitas panas bumi sebagai ajang untuk berdiskusi masalah-masalah panas bumi
serta berbagi pengalaman dan keahlian bagi kepentingan bersama antara industri,
kampus dan pemerintah.
Informasi lebih lanjut mengenai IIGCE 2017 dapat
diakses melalui situs www.iigce.com