Kementerian
Perindustrian bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan
Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah mendirikan Pusat Pengembangan
Kompetensi Industri Kakao. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saing produk olahan kakao nasional agar mampu
memenuhi kebutuhan dan selera pasar domestik maupun dunia.
“Kerja sama yang dilakukan ini untuk mengembangkan industri pengolahan kakao di dalam negeri yang akan menghasilkan cocoa butter, cocoa cake, cocoa liquor dan cocoa powder,” kata Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto di Jakarta, Jumat (18/8).
Menurut
Panggah, langkah sinergi ini juga dalam upaya mewujudkan hilirisasi
industri pengolahan kakao di Indonesia dan pengembangan kompetensi
sumber daya manusia (SDM) di dalamnya. Ground Breaking pembangunan Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Kakao telah dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2017.
Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan penandatanganan perjanjian kerja sama oleh Dirjen
Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto, Bupati Batang Wihaji, dan
Wakil Rektor UGM Bidang Kerja sama dan Alumni, Paripurna.
Panggah
menjelaskan, Kemenperin akan memfasilitasi pembangunan gedung seluas
3.075 m2 di Batang ini dengan melengkapi mesin dan peralatan produksi
berkapasitas mencapai 6.000 ton per tahun. “Kami berharap, sarana dan
prasarananya dapat dimanfaatkan oleh UGM dan lembaga penelitian lainnya
sebagai sarana hilirisasi penelitian dan pengembangan komoditi kakao,”
tuturnya.
Selain
itu, menurut Paripurna, dapat juga menjadi wadah pemberdayaan petani
yang telah dibina selama ini untuk terus membudidaya kakao yang baik (well fermented bean).
“Misalnya, dalam pengadaan biji kakao, UGM melalui unit kegiatan
usahanya telah melakukan kemitraan dengan petani yang mencakup 75 persen
dari luas kebun rakyat di Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ungkap Panggah.
Sedangkan,
Wihaji berharap, Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan
Kakao dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Kabupaten Batang
dan juga menumbuhkan pelaku usaha baru di sektor industri pengolahan
cokelat serta mengaktifkan kegiatan penelitian dan pengembangan sehingga
industri kakao nasional semakin maju.
Perlu
diketahui, kakao merupakan salah satu komoditas utama dan unggulan
perkebunan yang berperan penting sebagai sumber devisa negara, sumber
pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja, terbentuknya pusat-pusat
pertumbuhan industri, serta mendorong pengembangan agribisnis dan
industri agro.
Oleh
karena itu, selama ini Kemenperin telah mendorong hilirisasi industri
berbasis kakao melalui pemberian bantuan mesin dan peralatan produksi
serta pembentukan unit-unit industri kecil dan menengah (IKM) sektor
pengolahan kakao yang diharapkan semakin menumbuhkan wirausaha baru.
Hingga
saat ini, Indonesia masih merupakan produsen biji kakao terbesar ketiga
di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Sebagai salah satu negara
produsen biji kakao, telah berdiri 20 perusahaan industri kakao dengan
kapasitas 800 ribu ton per tahun.