Industri
kaca nasional menambah kapasitas produksi guna memenuhi kebutuhan dalam
negeri sekaligus membidik pasar ekspor. Untuk itu, pemerintah
memberikan apresiasi terhadap langkah ekspansi sektor tersebut karena
akan memperkuat struktur industri di dalam negeri.
“Mereka
melaporkan mengenai relokasi di Cikampek, Jawa Barat. Melalui pabrik
baru ini, jumlah produksi ditargetkan meningkat 200 ribu ton dan
rencananya beroperasi pada tahun 2019,” kata Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto seusai bertemu dengan CEO Asahi Glass Co. Ltd (AGC)
Jepang, Takuya Shimamura beserta jajarannya di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (7/8).
Menperin menjelaskan, perluasan usaha ini dilakukan oleh PT
Asahimas Flat Glass Tbk., yang berlokasi di kawasan Ancol, Jakarta
Utara dengan memiliki kapasitas terpasang satu juta ton kaca lembaran
per tahun dari dua lini produksi. “Satu furnace
yang pindah ke Cikampek, kapasitasnya menjadi 700 ribu ton per tahun,
dari awalnya yang hanya 500 ribu ton per tahun," ungkapnya.
Untuk
mencapai sasaran produksi tersebut, pihak Asahimas Flat Glass meminta
kepastian pasokan bahan baku. Pasalnya, PT Asahi Chemical sempat
mengalami kekurangan stok garam selama tiga minggu, yang digunakan untuk
memproduksi soda kostik sebagai bahan baku kaca. “Tetapi menurut
laporan mereka, kalau masalah bahan baku itu sudah selesai dan sudah
bisa diatasi,” tutur Airlangga.
Oleh
karena itu, Kemenperin terus mamacu ketersediaan bahan baku dan energi
bagi industri sehingga tidak terkendala dalam proses produksinya.
"Industri kaca merupakan sektor yang potensial, karena sudah mampu
ekspor," tegasnya. Dengan kelancaran produksi, efek ganda yang dibawa
industri akan berjalan baik seperti pada peningkatan nilai tambah,
penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa.
Menurut
Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit
Dwiwahjono, selama ini pasokan silika untuk Asahimas berasal dari
Belitung yang beberapa waktu terhambat dan hanya mampu memenuhi 30
persen dari kebutuhan. "Mereka butuh 50 ribu ton silika setiap bulan.
Jika bahan baku itu harus impor, ongkos produksi bisa membengkak,”
ungkapnya.
Sementara
itu, Shimamura menyampaikan, Asahi tetap melanjutkan investasi yang
telah berjalan selama tiga tahun terakhir di Indonesia. "Total ekspansi
kami terhitung dalam 3-4 tahun belakangan ini sudah USD 1,5 miliar.
Pabrik kimia saja sekitar USD 1 miliar," sebutnya. Saat ini, PT Asahi
Chemical mulai membangun pembangkit listrik dan pabrik kimia senilai USD
400-500 juta serta total investasi untuk proyek relokasi PT Asahimas
Flat Glass Tbk. diperkirakan mencapai USD 167 juta.
Selain
kapasitas produksi meningkat, Asahimas juga menerapkan teknologi khusus
di pabrik Cikampek. Informasi dalam keterbukaan publik Bursa Efek
Indonesia (BEI) menyebutkan, tungku pabrik Cikampek ramah lingkungan dan
efisien menyedot bahan bakar. Sementara kaca produksi pabrik tersebut
untuk kebutuhan arsitektur dan otomotif.
Asahimas
menjual kaca produksi pabrik Cikampek ke pasar dalam dan luar negeri.
Untuk negara tujuan ekspor, mereka menyasar ke Amerika Serikat, Brasil,
Belgia, Italia, Pakistan, Thailand, Singapura, China, Malaysia,
Filipina, Vietnam dan Jepang. Hingga kuartal III 2016, penjualan
domestik Asahimas sebesar Rp 1,71 triliun dan penjualan ekspor sekitar
Rp 1,07 triliun.