Industri
nasional semakin meningkatkan daya saing produknya agar mampu
berkompetisi di pasar ekspor. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian
giat menjembatani pelaku usaha dalam negeri untuk ikut serta dalam
pameran tingkat internasional. Misalnya, produk industri makanan dan
minuman yang akan tampil di Jerman serta industri fesyen di Moscow.
Sekretaris
Direktorat Jenderal Industri Agro Kemenperin Enny Ratnaningtyas
menjelaskan, pihaknya akan mendorong perluasan pasar baru bagi
produk-produk industri makanan dan minuman nasional di pangsa Eropa.
Upaya ini melalui fasilitasi promosi pada pameran Anuga di Koelnmesse,
Cologne, Jerman yang akan diselenggarakan tanggal 7-11 Oktober 2017.
“Kami berharap, melalui partisipasi di pameran Anuga ini, produk makanan dan minuman Indonesia dapatlebih dikenal di dunia internasional dan dapat mengisi pasar ekspor khususnya ke Eropa,” ujarnya diJakarta, Selasa (22/8). ANUGA merupakan salah satu pameran makanan dan minuman terbesar di duniayang mulai dilaksanakan sejak tahun 1919 di Stuttgart, Jerman dan rutin digelar setiap dua tahun sekali.
Menurut
Enny, pihaknya pertama kali memfasilitasi untuk pameran Anuga pada
tahun 2015, dengan membangun Paviliun Indonesia seluas 114,50 m². Saat
itu, 15 perusahaan makanan dan minuman lokal mempromosikan berbagai
produk seperti olahan ikan, makanan ringan, teh, kopi, minuman ringan,
produk coklat olahan, tepung premix dan bahan makanan organik.
“Pada Anuga 2015, Paviliun Indonesia dapat membukukan potensial transaksi sebesar USD2.444.700 dan transaksi on the spot
sebesar USD11.642.000,” ungkapnya. Di Anuga 2017, Paviliun Indonesia
akan menempati hall 1 seluas 152 m² dengan kategori Fine Food, yang
diikuti sebanyak 17 perusahaan makanan dan minuman.
“Melihat besarnya peluang tahun lalu, target potential buyer tahun ini diharapkan dapat lebih dari USD3juta dan transaksi on the spot mencapai USD12 juta,” tuturnya. Pada Anuga 2017, juga akan dipajangproduk-produk industri kecil dan menengah (IKM) binaan Pemerintah Daerah Provinsi SumateraBarat. “Misalnya ditampilkan rendang kaleng dan brown sugar,” imbuh Enny.
Lebih
lanjut, Enny meyakini, dengan berkembang pesatnya pasar produk halal di
Eropa, produk halal Indonesia mampu mendapat pasar tersendiri dan
sanggup bersaing dengan produk dari Benua Biru. ”Untuk itu, pameran ini
menjadi ajang membuka wawasan bahwa industri makanan di Indonesia telah
memenuhi syarat terhadap mutu, keamanan pangan ataupun sertifikat yang
harus dipenuhi di pasar internasional,” paparnya.
Sebagai pameran makanan dan minuman tingkat internasional yang akan dikunjungi sebanyak 160 ribu orang dari 190 negara berbagai penjuru dunia, diharapkan Anuga bisa membuka peluang pasar ekspor non tradisional seperti di negara-negara kawasan Amerika Utara, Tengah dan Selatan, Eropa Utara, Tengah dan Timur, Afrika, serta Timur Tengah.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri
makanan dan minuman nasional perlu lebih memperluas pangsa ekspor baik
pasar tradisional maupun pasar baru dalam upaya mendongkrak kinerjanya.
Selain itu, melakukan terobosan inovasi produk yang dihasilkan sehingga
dapat diminati oleh konsumen dalam negeri dan mancanegara.
“Market
domestik dan ekspor masih besar. Yang terpenting untuk industri ini
juga adalah ketersediaan bahan baku sehingga mendorong investasi terus
tumbuh. Pemerintah telah memberikan kemudahan perizinan usaha bagi
pelaku industri termasuk sektor IKM,” jelasnya.
Kemenperin mencatat, industri makanan dan minuman nasional mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,19 persen pada triwulan II tahun 2017. Capaian tersebut turut beperan dalam kontribusi manufaktur andalan ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non-migasyang mencapai 34,42 persen atau tertinggi dibandingkan sektor lainnya.
Sementara itu, nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit pada Januari-Juni 2017 mencapai USD15,4miliar. Kinerja ini mengalami neraca perdagangan yang positif bila dibandingkan dengan impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar USD4,8 miliar.
Promosi di Moskow
Di kesempatan yang berbeda, Sekretaris
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian
Perindustrian Eddy Siswanto menyampaikan, pihaknya akan memfasilitasi
pelaku industri fesyen dalam negeri untuk “melenggang” di tingkat
internasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengikut sertakan
sembilan produk pakaian lokal ternama pada ajang Collection Premier
Moscow (CPM) di Expocenter Fairground, Moskow.
“Kesembilan
label produk yang akan tampil, yaitu Kabana by Itang Yunasz, Dian
Pelangi, Kasha by Sjully Darsono, Devyros, Ekuator, Warnatasku, Kalyana
Indonesia, Huraira dan Teha Bags. Fesyen trade show tersebut berlangsung pada 30 Agustus-2 September 2017,” tuturnya di Jakarta, Selasa (22/8).
Menurut Eddy, sekitar 1000 fesyen brands bakal
berpartisipasi dalam acara yang dihadiri lebih dari 22.600 pembeli
potensial dari 27 negara. Tahun 2017, kali kedua Kemenperin
memfasilitasi promosi pada pameran tersebut. Tahun 2016, area Paviliun
Indonesia seluas 54 m2 di hall CPM Premium, sedangkan tahun ini dengan
mengusung tema The Heart of Fesyen Craft akan menempati area 62 m2.
“Partisipasi ini untuk memperkenalkan industri fesyen Indonesia dengan fesyen craft-nya yang mampu menembus pasar internasional,” ujarnya. Diharapkan, para pelaku industri fesyen Tanah Air tidak lagi hanya berkutat sebagai pemain lokal, melainkan juga membangun kapasitas untuk bersaing secara global guna mewujudkan visi Indonesia sebagai salah satu pusat mode dunia dalam satu dekade ke depan.
Eddy
mengungkapkan, keunikan industri fesyen Indonesia ada pada kekayaan
seni budaya yang tertuang dalam berbagai kain tradisionalnya. “Berbicara
tentang fesyen Indonesia, maka pasar akan berkenalan dengan fesyen craft, yaitu produk fesyen yang diperkaya dengan nilai seni pekerjaan tangan,” paparnya.
Kekhasan
lokal itu menjadi kekuatan industri fesyen Indonesia dalam menembus
pasar dunia, walaupun membutuhkan waktu produksi yang berbeda dengan
kecepatan industri fesyen ‘pabrikan’ pada umumnya. “Fesyen craft
memiliki beberapa bagian yang pembuatannya dikerjakan langsung dengan
tangan, sehingga memiliki batasan jumlah produksi dalam konsumsi waktu
yang berbeda juga,” imbuh Eddy.
Sebelumnya,
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, pihaknya semakin
gencar meningkatkan produktivitas dan daya saing industri nasional agar
terus menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan komparatif.
Selain didukung dengan sumber daya alam yang melimpah, potensi tersebut
bisa tercapai karena juga adanya kebijakan pro bisnis dari pemerintah.
“Di
tengah ketatnya persaingan global, beberapa produk Indonesia mampu
kompetitif dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perdagangan
dunia. Tentunya ini dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan
ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
Bahkan,
daya saing industri makanan dan minuman nasional berada di posisi empat
besar dunia serta produktivitas industri dalam negeri untuk sektor
sepatu dan pakaian olahraga sudah melewati Tiongkok. “Kinerja industri
kita yang gemilang ini juga ikut meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Contohnya, investasi di industri otomotif yang mencapai Rp16 triliun,
tenaga kerjanya 5.000 orang,” imbuhnya
Keunggulan
Indonesia yang telah dicapai, antara lain sebagai eksportir pakaian
jadi terbesar ke-14 di dunia dan ke-3 di ASEAN dengan nilai ekspor
mencapai USD7,1 miliar pada tahun 2016. Kemudian, untuk produk alas
kaki, Indonesia berada pada peringkat ke-6 di dunia dengan market share sebesar 3,6 persen dan nilai ekspor mencapai USD4,5 miliar.
“Perhiasan
juga menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia karena mampu
memberikan kontribusi senilai USD4,1 miliar terhadap devisa negara.
Bahkan, nilai ekspor untuk produk kerajinan mencapai USD173 juta,”
ungkap Menperin.