Jakarta – Kementerian Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) memastikan terbentuknya Holding BUMN Industri Pertambangan
seiring dengan finalisasi sejumlah regulasi pendukungnya. Indonesia
memiliki kekayaan sumber daya dan cadangan mineral, serta batubara yang
besar, termasuk yang dikelola oleh BUMN Industri Pertambangan. Namun,
penguasaan sumber daya dan cadangan oleh perusahaan pelat merah sektor
pertambangan masih relatif rendah dibandingkan pemain swasta nasional
maupun asing. Pembentukan Holding BUMN Industri Pertambangan diharapkan
dapat menjawab tantangan tersebut. Holding ini juga dipersiapkan menjadi
perusahaan kelas dunia.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan,
Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno
mengatakan, pembentukan Holding BUMN Industri Pertambangan sesuai dengan
strategi dan arah pembangunan BUMN jangka menengah yang tercantum dalam
Roadmap BUMN tahun 2015-2019.
“Salah satu tujuan BUMN sektor
pertambangan adalah menjalankan program hilirisasi dan kandungan lokal,
serta menjadikan BUMN sebagai salah satu perusahaan kelas dunia. Sinergi
BUMN Industri Pertambangan ini juga akan mengerjakan sejumlah proyek
bernilai besar. Pembangunan sejumlah proyek ini mengindikasikan
pembiayaan yang jumlahnya besar. Holding BUMN Industri Pertambangan
adalah solusi atas besarnya pembiayaan tersebut,” ujar Fajar.
Sementara itu Deputi Bidang
Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K. Ro
menjelaskan, dari rencana enam holding yang ada, holding sektor
pertambangan adalah yang paling siap direalisasikan. “Sejumlah masalah
regulasi yang masih ada akan terus digodok dan dan dibahas dalam rapat
kementerian. Begitu juga diskusi lebih lanjut tentang payung hukum
holdingisasi PP No 72 Tahun 2016,” ujarnya.
Aloysius melanjutkan, proses legalitas Holding BUMN Pertambangan sudah menyelesaikan tahap harmonisasi yang dilakukan oleh Kementerian Hukum dan HAM. “Kami terus melakukan komunikasi yang intensif dengan berbagai kalangan dan pemangku kebijakan terkait dengan PP 72 Tahun 2016 sebagai bentuk tanggung jawab kepada publik,” kata Aloysius.
Terkait dengan sejumlah proyek yang akan
digarap sinergi BUMN Industri Pertambangan, CEO Bukit Asam Arviyan
Arifin mengatakan proyek tersebut nantinya akan dijalankan oleh Bukit
Asam dan Antam.
“Untuk meningkatkan kapasitas produksi
perseroan yang masih 5 persen dari total produksi nasional menjadi 56
persen, dibutuhkan pengembangan PLTU dengan dana yang besar. Bukit Asam
akan meningkatkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2x125 megawatt
(MW) di Tanjung Enim menjadi 5.000 MW hingga 2026, Sumsel 8 hingga 2x600
MW dan Sumsel 9 dan 10 akan ditingkatkan menjadi 3.000 MW,” kata
Arifin.
Finance Director Inalum Ogi Ahmad
Kosasih menambahkan, pengembangan secara vertikal ke hulu untuk
membangun Smelter Grade Alumina (SGA) akan dilakukan bersama Antam.
“Saat ini, Inalum masih mengimpor alumina. Hasil produk SGA itu nantinya
akan diserap (offtake) oleh Inalum. Inalum juga bekerja sama dengan
Pertamina dan investor lain dalam membangun Calcine Plant untuk
peleburan alumina. Sementara itu, di hilir kita bangun aluminium palate
dan aluminium alloys yang akan selesai pada Mei 2017. Semua proyek
ditargetkan selesai sebelum 2020,” jelas Ogi.
CEO Antam Teddy Badrujaman menyebutkan,
pihaknya berencana memproduksi emas murni yang berbahan baku bullion.
Antam juga akan membangun SGA dan Chemical Grade Alumina (CGA). Sejauh
ini, jelas Teddy, CGA sudah selesai sedangkan SGA rencananya akan
dibangun di Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat. Antam juga berencana
membangun lagi pabrik ferronickel di Halmahera Timur dengan kapasitas
13.500 ton ferronickel.