Pertemuan
Tingkat Menteri Keempat Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC)
diselenggarakan pada hari Selasa (11/4), di Jakarta. Pertemuan dipimpin
langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution
dan Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Seri Mah
Siew Keong.
Hadir
dalam pertemuan tersebut, pihak Indonesia diwakili oleh Deputi Bidang
Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah
Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Rizal
Affandi Lukman dan Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar
Negeri Ridwan Hassan. Sementara hadir dari perwakilan Malaysia yaitu
Sekjen Kementerian Perusahaan Perladangan dan Komoditi Datuk M.
Nagarajan, Direktur Jenderal Malaysian Palm Oil Board (MPOB) Ahmad
Kushairi Din dan Chief Executive Officer Malaysian Palm Oil Council
(MPOC) Kalyana Sundram.
Beberapa
isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut antara lain perkembangan
terbaru pada industri kelapa sawit global, termasuk tantangan berupa
hambatan perdagangan dan kriteria keberlanjutan.
Menurut
Menko Perekonomian, pentingnya cetak biru untuk menentukan jangka waktu
dan target capaian dalam pengembangan industri kelapa sawit. “Kelompok
kerja teknis akan dibentuk untuk menyelesaikan rancangan sebelum
Pertemuan Tingkat Menteri ke-5 pada Desember 2017,” ujarnya.
Menko
Perekonomian juga menyoroti pentingnya pendekatan multistakeholder
untuk meningkatkan kualitas minyak sawit dan keberterimaan. Oleh karena
itu, sebelum penyelenggaraan Pertemuan Tingkat Menteri berikutnya akan
dilaksanakan dialog dengan para pemangku kepentingan terkait seperti
petani kecil, sektor swasta, negara-negara pengimpor utama minyak sawit
dan LSM.
Pertemuan
juga membahas peningkatan kerja sama lebih lanjut dengan negara-negara
penghasil kelapa sawit lainnya. Semakin meningkatnya tantangan global di
industri kelapa sawit, menjadi momentum bagi negara-negara produsen
untuk meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam peningkatan kualitas
produk serta menyebarluaskan informasi faktual tentang minyak sawit.
“Kita
perlu meningkatkan partisipasi negara-negara penghasil kelapa sawit
lainnya dan berupaya untuk menarik lebih banyak keanggotaan dalam
CPOPC,” kata Darmin.
Para
Menteri menyatakan keprihatinan atas Resolusi Parlemen Eropa tentang
Palm Oil and Deforestation of Rainforests. Para Menteri CPOPC menyusun
komunike bersama untuk menyampaikan sikap negara-negara produsen utama
minyak sawit terhadap resolusi tersebut. Resolusi dianggap kontra
produktif terhadap upaya kuat negara-negara penghasil minyak sawit untuk
pengelolaan sumber daya berkelanjutan. Anggota CPOPC berpandangan bahwa
isu-isu lingkungan tidak selayaknya digunakan sebagai alat untuk
diskriminasi dan pembatasan terselubung dalam perdagangan.