Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto meresmikan fasilitas produksi telepon
seluler (ponsel) dengan merek Motorola dan Lenovo di PT. Tridharma
Kencana (TDK), Serang, Banten. Pabrik ponsel berbasis 4G LTE ini telah
mampu memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 34 persen.
“Kami
terus mendorong agar smartphone bisa diproduksi di dalam negeri. Pasar
di Indonesia saja ada sekitar 60 juta. Untuk itu, kami berharap ada
insentif bahan bakunya dibebaskan dari pajak supaya bisa didorong
manufakturingnya,” kata Airlangga usai peresmian tersebut, Kamis (8/6).
Menperin memberikan apresiasi kepada TDK, karena
dalam proses produksinya telah menggunakan perangkat berteknologi
tinggi serta menerapkan standar dan kualitas kontrol yang ketat, di mana
sistemnya secara online di bawah pengawasan Motorola Mobility USA.
”Ini
membuktikan bahwa Indonesia mampu mengembangkan industri teknologi
informasi dan komunikasi. Selain itu, Indonesia menjadi salah satu
pilihan menarik dan tepat untuk berinvestasi, karena merupakan pasar terbesar ketiga di Asia setelah Tiongkok dan India,” paparnya.
Hal
senada disampaikan CEO TDK Hendryk L. Karosekali, saat ini pelaku
manufaktur dalam negeri sudah membuktikan bisa membuat perangkat
telekomunikasi dari para pemilik brand ponsel global. "Kemampuan
produksi kami hingga 15 ribu unit per hari ini merupakan sebuah prestasi
yang bisa membanggakan industri telematika di Indonesia," ungkapnya.
TDK
memproduksi ponsel hingga 400 ribu unit per bulan. Sementara, khusus
ponsel Lenovo dan Motorola, sanggup memproduksi hingga 250 ribu unit per
bulan. “Tidak hanya ponsel 4G kelas menengah ke bawah yang bisa
diproduksi, namun kami juga sudah mencakup ponsel cerdas kelas premium,”
ujar Hendryk.
Hendryk
mengharapkan, perlunya sinergi industri hulu dan hilir di ranah
telekomunikasi, serta regulasi yang tegas agar aktivitas pembuatan
ponsel di dalam negeri bisa berjalan lancar, sesuai dengan koridor yang
sudah ditetapkan. “Dengan makin konsistennya aturan TKDN manufaktur ini,
otomatis mengerek perekonomian rakyat khususnya masyarakat sekitar
pabrik. Dan, tentunya industri smartphone makin tumbuh dan berkembang,”
terangnya.
Sementara itu, Country Lead Mobile Business Group, Lenovo Indonesia Adrie R. Suhadi mengakui peluang untuk perusahaan electronic manufacturing services
(EMS) di Indonesia dalam memproduksi smartphone masih sangat terbuka.
“Hal ini tergantung dari kesiapan industri dan pendukung lainnya,”
tegasnya.
Ditambahkan
Adrie, pihaknya melihat TDK terus melakukan transfer pengetahuan dan
teknologi. “Menurut kami, ini bentuk keseriusan TDK selaku pabrikan
EMS,” ujarnya. Adrie pun mengungkapkan, perlunya dukungan dari
pemerintah dalam hal ini Kemenperin karena sangat menentukan untuk
meningkatkan produksi dalam negeri.
Penumbuhan industri telematika
Pada kesempatan tersebut, Menperin juga menegaskan, Kementerian Perindustrian aktif mendorong peningkatan investasi serta tumbuhnya sektor industri telekomunikasi, informatika dan komunikasidi dalam negeri. Langkah ini diperkuat malalui kebijakan Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 65 Tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk
Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), dan Komputer Tablet.
“Untuk mencapai sasaran tersebut, tentunya membutuhkan dukungan dan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan pelaku usaha sehingga dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif,” ungkapnya.
Kemenperin mencatat, industri
telekomunikasi dan informatika (telematika) dalam negeri mengalami
pertumbuhan signifikan. Hingga tahun 2016, terdapat 23 electronics manufacturing service (EMS),
42 merek dan 37 pemilik merek baik global maupun nasional, dengan total
nilai investasi sebesar Rp7 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak
13 ribu orang.
“Produk
lokal menjadi kekuatan kita dalam persaingan. Ini merupakan komitmen
Indonesia sebagai basis ekspor ke ASEAN. Apalagi, Indonesia setengah
sendiri dari ASEAN. Sehingga, apabila Lenovo dan Motorola ingin menjadi
pemimpin pasar dan mendukung ekonomi ASEAN,perlu memanfaatkan potensi
ini,” tuturnya.
Di
samping itu, Airlangga menyampaikan, pihaknya tengah bekerja sama
dengan Qualcomm dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu untuk
menghambat impor dan memberantas peredaran ponsel ilegal di Tanah Air.
Hal ini, selain menjaga keamanan konsumen, juga melindungi industri
dalam negeri. “Sektor industri telematika ini menjadi prioritas bagi
pemerintah, karena selain bernilai tambah tinggi (high value added), juga padat karya (high productivity labor),” ungkapnya.
Selanjutnya,
dalam upaya peningkatan daya saing industri ponsel nasional, Kemenperin
mendorong pula melalui program pendidikan vokasi industri. “Oleh karena
itu, kami berharap bahwa para pelaku industri ponsel dapat melakukan
kemitraan dengan SMK dan Politeknik yang ada di sekitar lokasi industri
untuk penyerapan dan peningkatan kapasistas SDM,” tutur Airlangga.
Menurutnya, pendidikan vokasi mendorong link and match
antara industri dan SMK. Pasalnya, dari 3,3 juta lulusan SMK, sebanyak
1,7 juta terserap ke perguruan tinggi, dan sisanya 1,6 juta harus bisa
masuk di dunia kerja. “Vokasi menjadi salah satu jalan keluar dalam
pemerataan keterampilan SDM,” ujarnya.
Bahkan,
dalam menghadapi revolusi industri keempat, sektor manufaktur ponsel
nasional harus turut siap menuju perubahan besar tersebut. Kemenperin
pun telah menyiapkan empat langkah strategis agar Indonesia siap
mengimplementasikan Industry 4.0.
“Pertama, pengembangan human resources lewat vocational school.
Kedua, pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan
daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) melalui e-Smart IKM,”
sebut Airlangga. Kemudian, ketiga, penggunaan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality. Keempat, inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis.