Senin, 27 Mei 2013

SAS meluncurkan Customer Intelligence, solusi teknologi untuk meningkatkan bisnis dan hubungan pelanggan yang kuat


  •      Peritel industri pemasok peralatan perkantoran top-five memperoleh tiga tahun ROI berdasarkan risiko sebesar 358% dalam mengimplementasikan SAS Marketing Automation dengan periode pembayaran kembali 4,1 bulan

  •      Indonesia e-Commerce Association (idEA) menunjukkan pertumbuhan e-Commerce dan tantangannya di Indonesia


JAKARTA (27 Mei 2013) – Tantangan para profesional dalam bidang marketing saat ini adalah perubahan perilaku dan kebiasaan membeli pelanggan. SAS memperkenalkan Customer Intelligence untuk membantu para profesional marketing untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, membangun hubungan pelanggan lebih kuat dan memberikan pengalaman pelanggan yang konsisten. Untuk itu, selama Seminar Bisnis SAS bertema “The Emergent CMO: Art or Science?”, para pembicara mendorong para Chief Marketing Officer untuk mencari cara berinovasi dan menyeimbangkan pengukuran melalui kreatifitas penggunaan teknologi marketing terbaru.

Survei adopsi marketing oleh Forrester menunjukkan jika 40% para marketer saat ini menggunakan alat manajemen campaign, dengan tambahan perencanaan 16% untuk mengadopsi teknologi[1]. Dalam teknologi ini, SAS menawarkan kemampuan luas lintas area inti dalam marketing, yaitu strategi dan perencanaan, informasi dan analytics, orkestrasi dan interaksi cross-channel, dan customer experience. SAS memperoleh validasi analis menjadi Pemimpin dalam Manajemen Campaign Cross-Channel (Forrester 2012) dan Manajemen Marketing Terintegrasi (Gartner 2011). Oleh Forrester, SAS memperoleh posisi memimpin karena mendemonstrasikan kemampuan mendalam dalam optimisasi, manajemen interaksi, analytics, dan intergrasi cross-channel.[2]

“Manajemen marketing terintegrasi SAS memberikan kolaborasi proaktif lintas organisasi marketing secara menyeluruh. Pertama, analis marketing dapat memahami data untuk mengantisipasi dan memprediksi perilaku dengan lebih baik. Kedua, manajer campaign dapat mendesain (design) interaksi marketing yang mengikat pelanggan. Dan ketiga, Chief Marketing Officer dapat mempercepat pembuatan keputusan (decision) dengan lebih pintar dan real time. Contohnya, marketer dapat mengumpulkan data operasional atau transaksi (ERP, CRM, POS, dsb) dan data real time dari visitor website untuk di simpan dalam data mart dan di proses dengan SAS Visual Analytics. Lalu, mereka dapat mendesain kampanye berikutnya dengan menggunakan SAS Marketing Automation atau campaign secara real time dan otomatis dengan menggunakan SAS Real-Time Decision Manager.” kata Erwin Sukiato, Country Manager SAS Indonesia.

“Solusi analisa perilaku pelanggan untuk komunikasi tertarget dan lebih personal memperkuat keahlian kami dalam Business Analytics. Kami dapat mengatasi big data dengan mendesain interaksi marketing untuk meningkatkan keputusan bisnis secara real time.” Tambah Erwin.

Dalam seminar tersebut, Wilson Rajj, Direktur Customer Intelligence Global SAS mendemonstrasikan SAS Customer Intelligence melalui interaksi live bersama audiens. Wilson membahas tentang tantangan tiga besar pada 2013, yaitu: pelanggan mengharapkan orkestrasi pengalaman pelanggan, marketer membutuhkan manajemen interaksi yang dinamis, dan apa yang ingin dilakukan dengan data dari interaksi pelanggan.


Returns on investment pengguna SAS
Pada Januari 2013, SAS menunjuk Forrester Consulting untuk memeriksa total economic impact[3] dan return on investment (ROI) potensial yang diperoleh perusahaan karena mengimplementasikan SAS Marketing Automation, komponen solusi SAS customer intelligence. Hasilnya, peritel industri pemasok peralatan perkantoran top-five memperoleh tiga tahun ROI berdasarkan risiko sebesar 358% dengan periode pembayaran kembali 4,1 bulan. 

Beberapa manfaat dari implementasi SAS Marketing Automation ke perusahaan antara lain pendapatan tambahan lebih dari USD 2,5 juta selama tiga tahun, analisa tiga tahun menunjukkan efisiensi membawa penghematan sumber daya kontraktor senilai USD 720.000, penghematan sumber daya marketing senilai lebih dari USD 1,4 juta dan tenaga IT sebesar USD 114.000, pengurangan perpindahan pelanggan melalui marketing yang lebih tertarget, dan peningkatan penggunaan teknologi untuk campaign yang lebih cepat ke target pasar.

Pelanggan menghabiskan USD 500.000 untuk tahun pertama dan dilanjutkan pada tahun ke dua dan selanjutnya sebesar USD 200.000. Dan perusahaan menghabiskan USD 25.846 untuk tenaga kerja internal selama periode implementasi delapan minggu.   


Pertumbuhan e-Commerce di Indonesia
Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2012 adalah 63 juta dan diprediksi menjadi 82 juta di akhir 2013. Sementara itu, menurut Frost & Sullivan (“Indonesia Telecom Outlook Indonesia – Go Online”, 2012), pendapatan transaksi e-Commerce di Indonesia mencapai USD 120 juta pada 2010 dan akan menjadi USD 650 juta pada 2015. Data ini menunjukkan nilai transaksi e-Commerce mengalami pertumbuhan.

Tren digital di Indonesia membawa pertumbuhan e-Commerce. Daniel Tumiwa, Ketua Umum Indonesia e-Commerce Association (idEA) menjelaskan, “Industri e-Commerce tumbuh secara signifikan di Indonesia. Menurut “E-Commerce in Indonesia Research” yang dilakukan oleh Daily Social dan Veritrans pada Agustus 2012, perkiraan pangsa pasar e-Commerce berdasarkan laporan publik dan pelanggan adalah USD 0,6-1,2 miliar, pengeluaran e-Commerce rata-rata per tahun adalah USD 256 dan baru 6,5% pengguna internet bertransaksi online. Untuk itu, kami perlu mengedukasi pasar secara agresif tentang e-Commerce, membangun kepercayaan bagi pelanggan dan meningkatkan kualitas infrastruktur industri. Sebagai asosiasi, idEA juga akan terus melanjutkan diskusi dan menjaga hubungan dengan institusi pemerintah untuk menciptakan peraturan pemerintah yang mendukung industri.”

Tentang SAS
SAS merupakan pemimpin software dan layanan business analytics, dan vendor independen terbesar dalam pasar Business Intelligence. Melalui solusi inovatif, SAS membantu pelanggan di lebih dari 60.000 tempat untuk meningkatkan performa kinerja perusahaan dan membantu proses pembuatan keputusan menjadi lebih cepat dan tepat. Sejak 1976 SAS telah memberikan kepada pelanggan di seluruh dunia kemampuan THE POWER TO KNOW®.




1Forrester mensurvei 137 profesional bidang customer intelligence untuk memahami prioritas, perencanaan, dan pembiayaan teknologi marketing. Lihat laporanMarketing Technology Adoption 2011”, 28 Februari 2011.

2The Forrester WaveTM: Cross-Channel Campaign Management, Q1, 2012.

[3]Total Economic Impact adalah metodologi standar terdiri atas empat komponen untuk mengevaluasi nilai investasi: manfaat, biaya, risiko, dan fleksibilitas yang dikembangkan oleh Forrester Research. The Total Economic Impact of SAS Customer Intelligence Solutions – Marketing Automation, Maret 2013.