Rabu, 29 Juli 2020

Tingkatkan Perekonomian Nelayan dengan ZPPI

JAKARTA – Salah satu tantangan klasik sektor perikanan tangkap di Indonesia adalah kesulitan nelayan dalam menentukan lokasi penangkapan ikan. Selama ini penangkapan ikan masih menggunakan cara tradisional. Mengatasi hal tersebut, Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) Lembaga Penerbangan dan Anatariksa (LAPAN) mengembangkan inovasi informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap.
Data suhu permukaan laut hasil rekaman citra satelit yang dipakai untuk fenomena oseanografi, dapat digunakan untuk lokasi penangkapan ikan. Data suhu permukaan laut tersebut menggunakan metode ilmiah untuk menghasilkan informasi ZPPI. Informasi ZPPI merupakan posisi koordinat bujur dan lintang yang dapat digabungkan dengan peta digital, alat bantu pengarah posisi atau lokasi elektronik maupun gawai elektronik.
“Teknologi dari pemantauan satelit itu bisa mendeteksi suhu permukaan laut, dan parameter-parameter yang lain yang bisa dijadikan sebagai informasi tempat berkumpulnya ikan. Sehingga dari pengetahuan tersebut LAPAN kemudian memberikan informasi ZPPI,” ujar Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin saat diwawancarai Tim Humas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) secara virtual beberapa pekan lalu. Thomas mengatakan gagasan awal inovasi tersebut ada sejak tahun 1990-an dengan metode-metode yang sifatnya masih manual dan informasi yang diberikan masih menggunakan teks. Dengan berkembangnya teknologi dan dari hasil researchyang dilakukan, LAPAN melakukan otomatisasi informasi ZPPI. “Dari citra satelit dilakukan secara otomatis kemudian dapat diperoleh informasi daerah yang banyak ikannya atau ZPPI,” terangnya.
Informasi tersebut kemudian diberikan kepada pemerintah dinas perikanan daerah. Selain itu, Pusfatja LAPAN dan mitra utama PT. Marlin menginstalasi sebuah sistem komunikasi ZAP dan gawai elektronik/navigasi MARLIN yang dapat membantu para nelayan lebih mudah dan cepat dalam menentukan area potensi penangkapan ikan serta meningkatkan hasil ikan. Sistem ini dapat membantu dinas perikanan dan kelautan dalam mengatur dan mengelola operasi penangkapan ikan di wilayahnya.
“Jadi nelayan membawa gadget ini sekaligus akan mendapatkan informasi langsung dari LAPAN daerah yang banyak ikannya. Sehingga nelayan pergi melaut itu saat ini bukan lagi mencari ikan tetapi menagkap ikan,” jelas Thomas.
Informasi ZPPI juga digunakan sebagai referensi untuk mengakses transportasi kapal-kapal yang melakukan kegiatan operasi penangkapan di seluruh pertempuran. Untuk diketahui pemanfaatan teknologi dan data satelit ini merupakan adaptasi dari perkembangan teknologi yang telah ada sebelumnya serta kondisi dan sumber daya yang dimiliki. Namun, sistem otomatisasi dan perangkat gawai elektronik yang dioperasikan merupakan pengembangan murni yang mandiri oleh inovator.
Dampak positif dari pembaharuan ini adalah waktu melaut menjadi lebih singkat. Untuk kapal sepuluh gross tonnage, hasil tangkapan dapat terpenuhi dalam waktu sekitar satu minggu yang sebelumnya diperoleh dalam waktu dua minggu.
Dampak positif lainnya yakni biaya operasional meningkat, bahan bakar menjadi lebih hemat, dan jumlah hasil yang lebih. “Sehingga dengan kondisi informasi yang diberikan LAPAN, nelayan pergi melaut itu dengan bahan bakar yang lebih efisien dan juga dengan tangkapan lebih produktif lagi,” tutur Thomas.
Saat ini informasi ZPPI digunakan 120 pengguna baik dari nelayan, pemerintah, BUMN, maupun swasta. Sementara itu, pengguna terbanyak dan potensial saat ini adalah Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten/kota, PT. Telkom, PT. Perikanan Nusantara, dan PT Media Rekayasa Lintas.