JAKARTA (29
April 2013) – Meskipun industri sedang mengalami perkembangan, banyak perusahaan
belum mengembangkan dan mengimplementasikan strategi big data. Pemimpin Business
analytics SAS dan SourceMedia melakukan survei terhadap 339 profesional bidang
manajemen data tentang penggunaan teknologi manajemen data di perusahaan
mereka. Hasil survei menunjukkan baru sedikit organisasi yang memanfaatkan data
produk, pelanggan dan sumber data lainnya.
Hasil
survei menyatakan jika hanya 12 persen perusahaan yang saat ini memiliki strategi
penanganan big data dalam operasi sehari-hari. Beberapa alasan yang menyebabkan
mereka tidak memanfaatkan big data mereka secara maksimal adalah:
- 21 persen tidak tahu banyak tentang big data.
- 15 persen tidak mengerti tentang manfaat big data.
- 9 persen kekurangan dukungan bisnis.
- 9 persen kekurangan kualitas data yang baik dalam sistem yang dimiliki.
Agar dapat
memahami big data, pertama kali dapat membaca white paper Big Data,
Data Governance and MDM untuk mengetahui tentang persyaratan bisnis apa
saja yang diperlukan dalam memanfaatkan big data dan pertanyaan-pertanyaan apa
saja yang banyak ditanyakan tentang big data.
"12
persen perusahaan yang telah merencanakan big data dapat memperoleh keuntungan
kompetitif yang signifikan," kata Todd Wright, Global Product Marketing
Manager SAS® DataFlux® Data Quality. "Pengguna SAS
dapat memanfaatkan seluruh kekuatan data mereka secara maksimal dengan pendekatan
komprehensif information
management. Solusi, alat, metodologi dan alur kerja terintegrasi
yang kami miliki dapat membantu perusahaan mengatur big data sebagai aset
berharga, mengarahkan proses operasional utama dan membuat keputusan strategis
untuk meningkatkan keunggulan kompetitif."
Hambatan: kurangnya kualitas dan pengaturan data
Ketika
perusahaan di tanya tentang “kemungkinan” perusahaan mereka akan menggunakan
big data eksternal pada 2014, hanya 14% dari mereka menjawab "sangat
mungkin," sedangkan 19 persen menyatakan "tidak mungkin sama sekali."Pertimbangan
khusus yang dipikirkan adalah kualitas data dan keakuratan, mengakses data yang
tepat, menggabungkan data yang terpisah, kurangnya pandangan organisasi ke
dalam data, ketepatan waktu, compliance,
dan keamanan.
Hasil survei
menyatakan tidak ada konsensus nyata tentang siapa yang bertanggung jawab
terhadap strategi manajemen data, namun mereka menyebutkan personel TI midlevel hingga CEO. Ketidakjelasin ini
sepertinya menambah tantangan yang dihadapi dalam pengembangan dan eksekusi strategi
data.
Daftar teratas manajemen data yang diinginkan: visualisasi data dan dashboards, profiling data, SaaS
Sebagian
besar responden menginginkan analisa data sebagai prioritas untuk mendukung
pembuatan keputusan, bersama dengan pembuatan laporan internal dan akses
informasi yang terus bertambah. Ketika mereka ditanya tentang apa yang mereka
inginkan dari solusi data, jawaban pertama mereka adalah visualisasi data dan dashboards (73 persen), profiling data (53 persen), dan SaaS/
Software as a Service (44 persen).
Data
pengguna dan produk merupakan jenis data teratas yang dikumpulkan di
organisasi. Jenis data pelanggan yang telah dikumpulkan untuk membuat keputusan
adalah business-to-consumer (66 persen),
data end-customer (59 persen), data
warga negara (29 persen) dan data pasien (23 persen). Data produk yang
dikumpulkan antara lain penjualan (62 persen), pembelian (61 persen) dan MRO/ Perawatan,
Perbaikan dan Operasi (40 persen).
Profesional manajemen informasi buat data menjadi berharga
Untuk
mengetahui tentang hasil survei ini, silahkan mengunduh Brief Survei Big Data. Survei
online ini dilakukan terhadap profesional manajemen informasi pada Desember
2012. Sebanyak 339 responden di pilih berdasarkan alat dan proses manajemen
data yang mereka gunakan dalam perusahaan. Margin kesalahannya adalah +/-5,3
persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dari total jumlah sampel.
"Big
data atau bukan, manajemen data akan membantu menentukan perusahaan mana yang
akan tumbuh dan dapat menghadapi tahun-tahun mendatang," lanjut Wright. Sebagai
contoh adalah pusat jaringan mobil Perancis Feu Vert. Perusahaan
ini memiliki 400 outlet ritel di Eropa, dalam lebih dari enam bulan, Feu Vert dan
SAS bekerja bersama untuk membuat hub data dengan referensi unik menggunakan SAS DataFlux Data
Management dan SAS DataFlux Master Data Management. Proyek ini juga
menghasilkan program pengaturan data pelanggan, meningkatkan nilai dan
kualifikasi data pelanggan, serta mengurangi biaya kontak per pelanggan. Untuk
mempertahankan posisi pemimpin pasar, Feu Vert meningkatkan keakuratan dan
kualitas data pelanggannya.
Tentang
SAS
SAS
merupakan pemimpin software dan layanan business
analytics, dan vendor independen terbesar dalam pasar Business
Intelligence. Melalui solusi inovatif, SAS
membantu pelanggan di lebih dari 60.000
tempat untuk meningkatkan performa kinerja perusahaan dan membantu proses
pembuatan keputusan menjadi lebih cepat dan tepat. Sejak 1976 SAS telah
memberikan kepada pelanggan di seluruh dunia kemampuan THE POWER TO KNOW®.