Kementerian
Perindustrian terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan daya
saing industri pengolahan kopi di dalam negeri termasuk pada sektor
industri kecil dan menengah (IKM). Salah satu langkah strategis yang
dilakukan dalam upaya mencapai sasaran tersebut, yakni memfasilitasi
pemberian peralatan produksi dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia.
“Kami berharap, program ini memberikan kontribusi signifikan untuk mendorong pertumbuhan industri pengolahan kopi skala IKM,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Peluncuran Pembinaan dan Pengembangan IKM Kopi di Jakarta, Senin (10/7).
Dalam kesempatan itu, Menperin
didampingi Dirjen IKM Gati Wibawaningsih serta Direktur IKM Pangan,
Barang dari Kayu, dan Furniture Sudarto menyerahkan secara simbolis
peralatan pengolahan kopi buatan dalam negeri kepada Kepala Dinas
Koperasi dan UMKM, Perindustrian Kabupaten Tanggamus, Lampung, Herry
Heryadi.
“Alat pengolahan kopi yang diberikan ini agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk IKM guna memajukan industri kopi nasional,”
tutur Airlangga. Peralatan tersebut, antara lain mesin roaster, thermo
digital, mesin giling biji kopi, timbangan digital, coffee drip, coffee
filter dan kettle drip.
Menperin menegaskan, industri pengolahan kopi nasional seharusnya dapat unggul di pasar global karena Indonesia
merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil
dan Vietnam dengan produksi rata-rata sebesar 685 ribu ton pertahun
atau 8,9 persen dari produksi kopi dunia.
“Kita juga memiliki berbagai jenis kopi specialty
yang dikenal di dunia, termasuk kopi luwak dengan rasa dan aroma khas
sesuai indikasi geografis yang menjadi keunggulan Indonesia,” ungkapnya.
Kemudian, dengan
didorong pertumbuhan masyarakat kelas menengah dan perubahan gaya hidup
masyarakat Indonesia, kinerja industri pengolahan kopi nasional mengalami peningkatan cukup signifikan. “Pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri meningkat rata-rata tujuh persen per tahun,” jelas Airlangga.
Di
kancah global, ekspor produk kopi olahan nasional pada tahun 2014
mencapai USD 322,6 juta atau meningkat 10,6 persen menjadi USD 356,79
juta pada tahun 2016. Ekspor olahan ini didominasi produk kopi instant,
ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor
seperti Mesir, Taiwan, Thailand, Malaysia, Filipina dan Singapura.
Potensi dan prioritas
Sementara itu, Gati menyebutkan, potensi IKM olahan kopi di dalam negeri didukung dengan 13 sentra produksi kopi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, antara lain di Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua dengan total sebanyak 476 unit usaha.
“Saat
ini sudah ada 16 kopi Indonesia yang telah mempunyai indikasi geografis
sebagai keunggulannya,” ujarnya. Ke-16 kopi itu adalah Kopi Arabika
Gayo, Sumatera Arabika Simalungun Utara, Robusta Lampung, Arabika Java
Preanger, Java Arabika Sindoro-Sumbing, Arabika Ijen Raung, dan Arabika
Kintamani Bali.
Selanjutnya,
kopi Arabika Kalosi Enrekang, Arabika Toraja, Arabika Flores Bajawa,
Liberika Tungkal Jambi dan Kopi Robusta Semendo asal Sumatera Selatan, Kopi Liberika Rangsang Meranti, Provinsi Riau, Kopi Arabika Sumatera Mandhailing,Kopi Robusta Empat Lawang, dan Kopi Robusta Temanggung.
“Industri kopi merupakan salah satu sektor prioritas yang ditetapkan oleh Kemenperinsesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, dan merupakan fokus komoditi pembinaan Kemenperin khususnya Direktorat Jenderal IKM,” papar Gati.
Untuk itu, Gati menyampaikan, tahun ini pihaknya akan melaksanakan beragam program pengembangan SDM industri kopi dan fasilitasi alat pengolahan kopi di berbagai sentra penghasil kopi khas dan IKM pengolahan kopi potensial. “Misalnya, pengembangan SDM mulai dari kegiatan pengolahan green bean, roasting hingga produk kopi murni dan diversifikasi produk kopi,” imbuhnya.
Pada tahun 2017, Ditjen IKM juga akan melakukan serangkaian pembinaan untuk komoditas kopi, mulaidari sertifikasi mutu, bimbingan teknis, dan bantuan alat roasting di beberapa daerah antara lainKabupaten Timika - Papua, Kab. Tanjung Jabung Barat - Jambi dan Kota Jambi, Kab. Tanggamus -Lampung, Kab. Sumbawa - NTB, Bandung - Jawa Barat, serta DKI Jakarta.
“Program
tersebut diikuti kurang lebih 85 orang peserta dan memfasilitasi kurang
lebih sebanyak 16 paket mesin peralatan,” kata Gati. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong minat masyarakat untuk mengembangkan IKM kopi dan meningkatkan keahlian serta kemampuan SDM pengolah kopi.
“Pada
tahun 2018-2019, kami akan terus melanjutkan berbagai program dan
kegiatan pengembangan IKM kopi di Indonesia dengan fokus pada penumbuhan wirausaha baru IKM kopi di seluruh sentra potensial yang mempunyai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI),” paparnya.