Kamis, 21 November 2013

Perusahaan Berpeluang Membangun Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana

Kalangan bisnis dapat membantu memenuhi kebutuhan krusial masyarakat sekaligus mencapai target melalui pendekatan strategis dalam upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana. Model pendekatan yang penting termasuk menjadi sukarelawam yang memiliki keahlian tertentu, memanfaatkan aset-aset dan jaringan bisnis yang ada, mendukung berkembangnya solusi teknologi terbaru dan inovatif, serta membantu meningkatkan upaya advokasi. Demikian yang terungkap dalam CSR Asia White Paper on Disaster Preparedness

Jakarta, 21 November 2013 – Dampak bencana yang terjadi di wilayah Asia Pasifik, terutama setelah terjadinya topan Haiyan di Filipina, memicu berbagai diskusi di seluruh dunia mengenai bagaimana upaya masyarakat dapat mempersiapkan diri dengan baik sebelum terjadinya bencana untuk mengurangi dampak kehilangan nyawa dan harta. Setelah terjadi bencana, aktivitas bisnis seringkali memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya pemulihan bencana. Bagaimanapun, aktivitas bisnis memiliki peran khusus dalam membangun masyarakat yang lebih kuat sebelum terjadinya bencana.

Sebagaimana yang muncul dalam White Paper yang disusun Prudence Foundation, sebuah badan amal di bawah Prudential, pendekatan bisnis jangka panjang dalam upaya kesiapan menghadapi bencana tidak hanya bertujuan untuk mengurangi kerugian, namun sekaligus mengurangi dampak kehilangan nyawa dari bencana-bencana yang akan terjadi, namun berjalan beriringan dengan tujuan bisnis itu sendiri. White Paper dengan judul “Business and Disaster Preparedness: Helping Communities Prepare for Effective Response” yang dilansir oleh organisasi nirlaba CSR Asia, diluncurkan hari ini dalam forum tahunan mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana di Jakarta. Forum yang digelar untuk pertama kali ini bertujuan untuk mendukung perusahaan dalam membantu masyarakat mempersiapkan diri menghadapi bencana, serta mengumpulkan para pemain penting dari sektor bisnis, kemanusiaan dan pemerintahan untuk mengupas dan membahas berbagai peluang kerja sama yang ada.

“Dalam penghitungan bencana skala besar, sektor bisnis selalu siap menyediakan berbagai bantuan yang dibutuhkan, termasuk menyumbangkan dana, barang dan jasa. Namun masih banyak kebutuhan lainnya yang diperlukan masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana yang akan terjadi di masa depan. Ini akan mengurangi dampak kerusakan, kehilangan dan biaya dari penanggulangan bencana,” ungkap Richard Welford, Pimpinan CSR Asia. “White Paper ini menekankan pada cara-cara yang dapat ditempuh kalangan perusahaan untuk membantu membangun kesiapan masyarakat melalui hubungan kerja sama dengan pemerintah dan organisasi kemanusiaan.”

Keterlibatan dalam kerja sama untuk kesiapsiagaan masyarakat dapat mendukung tujuan bisnis

Tujuan strategis dalam bisnis dalam membangun kapasitas masyarakat membangun respons positif memiliki peranan potensial untuk mendukung tujuan bisnis, antara lain mencakup melindungi aktivitas bisnis, membangun reputasi yang baik, menguatkan hubungan dengan pemangku kepentingan, meningkatkan motivasi karyawan serta menciptakan peluang bisnis baru.

“Banyak perusahaan yang sudah menjadi bagian dari masyarakat rawan bencana, sehingga mendorong kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana merupakan hal yang baik. Tindakan ini dapat menunjukkan partisipasi aktif perusahaan di tengah-tengah masyarakat, sekaligus menegaskan posisi perusahaan sebagai sebuah organisasi yang siap berinvestasi demi kebutuhan masyarakat. Hal ini akan mengurangi konflik potensial di dalam masyarakat dan menciptakan loyalitas di antara karyawan lokal dan pelanggan,” ujar Richard Welford.

Upaya kolaboratif memastikan kontribusi perusahaan telah digunakan dengan baik

Donald Kanak, Pimpinan dari Prudential Corporation Asia dan perwakilan dari Prudence Foundation mengatakan, “Kesiapsiagaan menghadapi bencana merupakan pilar kunci dari Prudence Foundation. Prudential memiliki komitmen kuat dalam jangka panjang terhadap kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Kami akan terus berkontribusi terhadap upaya penanganan bencana, namun kami percaya bahwa fokus terhadap pencegahan dan persiapan juga penting. Masyarakat, pelaku bisnis, pemerintah dan organisasi kemanusiaan, semuanya memiliki peranan penting dalam kesuksesan inisiatif persiapan terhadap bencana. Kami berharap White Paper ini dapat memancing diskusi dan menarik lebih banyak pelaku bisnis lainnya untuk membantu masyarakat mengurangi kerugian ekonomi dan nyawa yang mereka alami ketika dihadapkan dengan suatu bencana.”

Laporan ini akan menyoroti empat model pendekatan yang memungkinkan pelaku bisnis ikut terlibat, yaitu: program sukarelawan yang berbasis keahlian, penggunaan aset dan jaringan bisnis, aplikasi teknologi terbaru dan upaya advokasi. Hanya melalui kerja sama jangka panjang perusahaan dapat menyesuaikan tujuan dan kompetensi bisnis dengan kebutuhan masyarakat.




Tentang CSR Asia
CSR Asia mengembangkan kapasitas dan mempromosikan kesadaran terhadap corporate social responsibility (CSR) untuk mengembangkan keberlanjutan perkembangan di seluruh wilayah Asia.

Melalui kehadiran kami yang terus meluas secara global dan tim dengan keahlian khusus, kami menyediakan riset mutakhir, laporan strategis, pelayanan jaringan dan pendidikan eksekutif dengan pemahaman masalah CSR yang terus berkembang. Kantor-kantor perwakilan kami di Hong Kong, Malaysia, Thailand, Japan, Singapore, Australia dan Inggris serta mitra di wilayah Vietnam, Bangladesh dan Indonesia, turut berkontribusi untuk menangani masalah-masalah keberlangsungan yang dihadapi di wilayah ini. Untuk informasi lebih lanjut: www.csr-asia.com

Tentang Prudence Foundation
Pada 2011, Prudential mendirikan Prudence Foundation untuk menangani Corporate Social Responsibility (CSR) serta membangun komitmen jangka panjang dalam hal tanggung jawab perusahaan. Prudence Foundation menyediakan suatu wadah amal untuk membawa aktivitas CSR secara regional ke tingkat yang lebih tinggi dalam hal keselarasan strategis dan memaksimalkan dampak usaha di seluruh wilayah Asia.

Prudence Foundation melanjutkan fokus dalam pilar kunci  yaitu anak-anak, pendidikan dan Persiapan serta Penanggulangan Bencana.

Prudence Foundation mewujudkan komitmen jangka panjang dari Prudential untuk menyediakan dukungan yang inovatif, terfokus dan praktis bagi komunitas lokal. Melalui kontribusi aktif berkelanjutan yang terfokus pada bidang Pendidikan, Anak dan Persiapan serta Penanggulangan Bencana, yayasan ini bertujuan untuk memberikan kontribusi abadi bagi masyarakat Asia.

Prudence Foundation dipimpin oleh Dewan Direksi yang dibentuk secara hukum, di bawah Dewan Perwakilian yang terdiri dari para pimpinan bisnis dari perusahaan ini. Dewan Perwakilan adalah forum pengambilan keputusan utama bagi yayasan ini. Seorang Direktur Eksekutif telah ditunjuk untuk mengelola manajemen harian dari program-program yang telah disetujui oleh yayasan yang telah berkolaborasi dengan unit bisnis yang menjalankan program-program tersebut. Untuk informasi lebih lanjut:www.prudencefoundation.com.
  

Selasa, 19 November 2013

Universitas Bakrie meluncurkan SAS Center untuk menjawab tantangan big data pada Industri/Perusahaan

JAKARTA  (19 November 2013)  – Big Data merupakan istilah yang kini menjadi pembicaraan banyak organisasi. Gartner mendefinisikan big data adalah ketika volume, kecepatan dan variasi data sudah melebihi kapasitas atau kemampuan komputasi organisasi dalam membuat keputusan dengan akurat dan cepat. Berbagai solusi banyak dibicarakan agar organisasi dapat menangani big data dengan cara yang tepat.

Melalui latar belakang tantangan untuk menangani big data, Universitas Bakrie memutuskan untuk bekerja sama dengan SAS pemimpin software business dan layanan business analytics. SAS menawarkan big data analytics untuk membantu organisasi perusahaan memperoleh nilai nyata dan peningkatan daya saing berkesinambungan. Melalui SAS Academic Program, Universitas Bakrie dapat membekali lulusannya dengan kemampuan software SAS sehingga dapat memberi nilai tambah entrepreneurship dan intrapreneurship skills yang diajarkan di universitas.

Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, MSc, PhD, Rektor Universitas Bakrie mengemukakan, "SAS merupakan salah satu perusahaan IT yang memiliki reputasi global dan pemimpin piranti lunak bisnis dalam business analytics. Hal ini sejalan dengan misi kami untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas, berdaya saing dan memiliki kompetensi yang diakui baik secara nasional maupun internasional.”

“Di era persaingan global yang semakin ketat, business innovation harus diiringi dengan pemanfaatan teknologi agar dapat melipatgandakan performa dari bisnis tersebut. SAS Center yang kami luncurkan hari ini merupakan usaha yang memanfaatkan teknologi aplikatif dalam kapabilitas analisa BIG Data, inovasi proses, inovasi pengembangan pasar-produk untuk memberikan bekal kepada lulusan kami  yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa. Sejak didirikan pada 2006, Universitas Bakrie telah meluluskan 425 sarjana yang telah berhasil menjadi entrepreneurs dan intrapreneurs yang bekerja di perusahaan multinasional. Melalui program kerja sama dengan SAS, kami yakin di masa mendatang lulusan kami mampu bersaing di era persaingan global yang sangat ketat, dalam pemanfaatan teknologi mutakhir tepat guna dalam rangka mengoptimalkan nilai kompetitif kualitas lulusan kami”, tambah Sofia.

Erwin Sukiato, Country Manager SAS Indonesia mengatakan, “Universitas tidak hanya memperoleh lisensi  software SAS secara tidak terbatas baik bagi mahasiswa maupun dosen, tetapi juga memperoleh training for trainers, buku, materi pengajaran, datasets dan dukungan pengembangan kurikulum tentang SAS yang sesuai dengan lingkungan business analytics. Universitas Bakrie telah berpartisipasi dalam program kami sejak 2012 dan kami sangat mendukung berdirinya SAS Center yang tersedia bagi mahasiswa dan civitas academica. Harapan kami, fasilitas ini akan mendukung usaha untuk menghasilkan para data scientist yang tidak hanya memiliki kemampuan menganalisa data tetapi juga menginterpretasikan data melalui pemahaman bisnis.”

“Kami menyadari jika semakin tumbuhnya pemanfaatan business analytics dalam era big data, tentu kebutuhan akan lulusan universitas yang memiliki pengetahuan tentang analytics juga akan semakin tinggi. Di Indonesia, SAS telah memiliki 56 customer dengan berbagai jenis industri. Mereka terdiri atas 24 bank, 5 perusahaan pembiayaan, 4 perusahaan asuransi, 3 institusi pemerintah, 12 universitas, dan lainnya adalah perusahaan manufaktur, tambang, telekomunikasi dan pertanian. Kami yakin jika di masa mendatang pertumbuhan pemanfaatan teknologi untuk pengelolaan big data akan semakin tinggi.” Tambah Erwin.

Kegiatan di SAS Center

Kegiatan SAS-Center Universitas Bakrie (selanjutnya disebut UB-SAS-Center) terkait erat dengan visi Universitas Bakrie. UB-SAS-Center berperan aktif dalam peningkatan daya saing sumberdaya manusia dalam kemampuan analisa melibatkan Big Data dengan menjadi pusat pembelajaran pratikal business analytics, riset terapan dan pelatihan terbaik SAS-Analytics based sofware untuk akademisi/riset dan praktisi bisnis di Indonesia dan dikawasan regional/Internasional di tahun 2018. UB-SAS Center secara langsung mendukung keunggulan tridharma perguruan tinggi yang sedang dibangun di Universitas Bakrie dalam hal pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat termasuk dunia bisnis.   
   
Saat ini, kegiatan UB-SAS Center focus pada pengembangan kapasitas mahasiswa/lulusan UB, dosen, dan para peneliti, dan praktisi bisnis berkemampuan SAS Analytics unggul berupa perkuliahan, pelatihan, seminar yang disenggarakan dosen/UB-SAS-Center bekerja sama dengan SAS Indonesia. Konten pelatihan/workshop diramu oleh pakar dan praktisi/pengguna SAS terkemuka di Indonesia/kawasan Asia Fasifik. Kegiatan utama lain UB-SAS Center adalah membangun jejaring dan bekerjasama dengan organisasi baik swasta maupun publik dimana input-proses-output dan outcomes organisasi melibatkan analisa big data dalam pengambilan keputusan. 
     
Tentang Universitas Bakrie

Universitas Bakrie (UB) adalah institusi pendidikan swasta yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Bakrie (YPB). YPB adalah sebuah yayasan yang memfokuskan diri untuk menumbuhkembangkan pendidikan, penelitian dan pelatihan yang lebih baik di Indonesia. Didirikan tahun 2009 melalui Surat Keputusan No. 102/D/0/2009, Universitas Bakrie mengemban misi untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang diakui baik secara nasional maupun internasional. Universitas Bakrie menjalankan metode “Experiential Learning”, yaitu sebuah metode pembelajaran bagi mahasiswa untuk mendapatkan kesempatan merasakan pengalaman terjun langsung di dunia korporasi dan bisnis melalui “Real Cases & Real Practices in Real Business Environment”. Para mahasiswa mendapatkan pengajaran langsung dari para Chief Executive Officer (CEO) perusahaan Kelompok Usaha Bakrie (KUB) serta para pelaku industri handal.

Tentang SAS

SAS merupakan pemimpin software dan layanan business analytics, dan vendor independen terbesar dalam pasar Business Intelligence. Melalui solusi inovatif, SAS membantu pelanggan di lebih dari 65.000 tempat untuk meningkatkan performa kinerja perusahaan dan membantu proses pembuatan keputusan menjadi lebih cepat dan tepat. Sejak 1976 SAS telah memberikan kepada pelanggan di seluruh dunia kemampuan THE POWER TO KNOW®.   

Kamis, 14 November 2013

DNV GL Dorong Kemajuan Industri Jaringan Pipa Indonesia

Wilayah Timur Indonesia dipandang sebagai permata baru bagi eksplorasi migas laut dalam (deepwater) di Indonesia. Kemajuan dari industri pipa akan membantu Indonesia dalam mencapai target produksi migas di 2014 sebesar 1,24 juta barel per hari.

Jakarta14 November 2013 – DNV GL, penyedia utama dalam layanan konsultasi dan penjamin teknis industri jaringan pipa lepas pantai (offshore), pada hari Rabu, tanggal 7 November 2013 menyelenggarakan sebuah seminar teknis berskala industri untuk mendiskusikan permasalahan sistem jaringan pipa secara menyeluruh;mulai dari perencanaan hingga pengoperasian yang dihadiri oleh lebih dari 100 eksekutif dan pejabat pemerintah di sektor minyak dan gas.

DNV GL Pipeline Day Jakarta 2013 bertujuan untuk mendorong terciptanya pemahaman mendalam terhadap tantangan dan tren masa depan di pasar yang menarik ini, juga mendiskusikan berbagai topik, antara lain tantangan-tantangan teknis dan praktik-praktik terbaik terkait dengan sistem jaringan pipa offshore, yang meliputi fase perencanaan, manufaktur, instalasi, dan operasional. Memastikan bahwa sistem jaringan pipa yang sudah ada maupun yang baru dapat beroperasi dengan aman dan tepercaya merupakan hal yang sangat penting untuk ketahanan dan pasokan energi di tengah tantangan menurunnya cadangan minyak di wilayah barat Indonesia.

Roderick Swan, Country Director DNV GL Indonesia, mengatakan, “Sistem jaringan pipa merupakan investasi yang signifikan dan elemen kunci dari sektor industri. Sebagai salah satu dari lima pemain infrastruktur jaringan pipa terbesar di Asia-Pasifik, Indonesia merupakan pasar yang penting bagi DNV GL.” DNV GL telah beroperasi selama 20 tahun di Indonesia dan telah memberikan jasa konsultasi kepada banyak perusahaan Indonesia dan internasional dalam merancang dan mengembangkan sistem jaringan pipa mereka, serta memberikan konsultasi  tanggap darurat dalam situasi krisis.

Kontribusi Indonesia dalam total jaringan pipa adalah 5,2% atau 13.752,5 km, dengan jalur pipa Natuna Timur-Filipina sebagai jalur pipa terpanjang. Sebagai tambahan pada infrastruktur yang sudah ada, terdapat tujuh proyek besar yang telah direncanakan akan mencapai 5.567 km, serta masih ada pula pengembangan lapangan offshore lain yang hingga saat ini sedang berlangsung, seperti ekspansi untuk lapangan Tangguh, Gendalo-Gehem, dan pengembangan lapangan Jangkrik.

Pemerintah Indonesia telah mengembangkan roadmap untuk meningkatkan produksi gas nasional, yaitu dengan menargetkan pembangunan infrastruktur yang akan selesai pada 2016. Sesuai dengan roadmap dari Pemerintah, belanja modal untuk pengembangan bawah laut di Indonesia, yang didalamnya juga termasuk aset-aset lain selain sistem jaringan pipa, diperkirakan akan tumbuh 360% dalam tiga tahun menjadi US$2,2 miliar pada 2016, dari US$620 juta pada 2013.

"DNV GL Pipeline Day Jakarta 2013 mempertemukan perusahaan-perusahaan migas utama di Indonesia untuk membahas mengenai berbagai tantangan dalam dunia migas dan mendukung industri untuk menemukan solusi dalam mencapai target produksi migas nasional," kata Roderick. Pemerintah menargetkan total produksi migas nasional sebesar 1,24 juta barel setara minyak per hari pada 2014, dan berharap untuk menemukan cadangan ekonomis baru di wilayah Timur Indonesia di tengah berbagai tantangan.

Alex Imperial, Deepwater Technology Centre (DTC) Managing Director DNV GL mengatakan, "Dengan 40 tahun pengalaman kami di teknologi offshore dan deepwater, keahlian DNV GL akan sangat berharga untuk pengembangan lapangan offshore di Indonesia. Kami memiliki rekam jejak yang panjang dalam pengembangan jaringan pipa bawah laut dan terlibat dalam beberapa proyek utama di Indonesia. Pengalaman tersebut membuat kami memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pasar dalam negeri serta tantangan teknis yang terkait dengan instalasi dan operasi sistem jaringan pipa bawah laut. Kami berharap seminar teknis ini menjadi forum yang permanen sebagai tempat bertemunya para pemain utama untuk saling berbagi ilmu dan mendiskusikan tren masa depan mengenai industri jaringan pipa dalam negeri."

DNV GL siap membantu industri migas dalam menerapkan inovasi dan praktik teknologi yang dapat memainkan peran utama dalam industri jaringan pipa offshore Indonesia di masa depan, misalnya penerapan bahan konvensional, penerapan AUT (Automated Ultrasonic Testing) secara lebih luas untuk menjamin kualitas hasil las, dan metode peletakan pipa yang paling sesuai untuk instalasi bawah laut.  DNV GL memiliki keahlian dan pengalaman mendalam untuk mengatasi situasi darurat yang membutuhkan respons yang tepat waktu, akurat, dan terkalkulasi, misalnya perbaikan jaringan pipa sewaktu masih dioperasikan.

Pada 2012, DNV GL meluncurkan Deepwater Technology Centre (DTC/Pusat Teknologi Laut Dalam) di Singapura untuk melayani maraknya proyek deepwater di seluruh wilayah Asia-Pasifik. "DTC telah menempati posisi mapan dan memiliki kredibilitassebagai pusat kompetensi yang menyediakan layanan jaminan dan saran teknis untuk mendukung industri migas dalam menghadapi tantangan eksplorasi dan produksi offshoresecara berkelanjutan. Selain itu, DTC juga bertindak sebagai motor penggerak inovasi, dengan beberapa proyek penelitian dan pengembangan yang dikembangkan bersama industri dan akademisi," kata Alex.


Tentang DNV GL
Dengan visi memberikan rasa aman dalam hidup, properti dan lingkungan, DNV GL mendorong banyak organisasi untuk meningkatkan keamanan dan kesinambungan bisnis mereka. DNV GL memberikan layanan berupa klasifikasi dan jaminan teknis bersama dengan penggunaan perangkat lunak dan layanan konsultasi ahli yang independen bagi industri maritim, migas, dan energi. DNV GL juga menyediakan layanan sertifikasi kepada pelanggan di beragam bentuk industri.

Dengan berbagai keahlian teknis dan operasional terdepan, metodologi risiko, dan pengetahuan akan industri yang mendalam, DNV GL memberikan rasa aman dan keyakinan bagi para pelanggannya ketika mengambil keputusan bisnis. DNV GL terus berinvestasi dalam penelitian dan inovasi yang bersifat kolaboratif untuk menyediakan sudut pandang operasional dan teknologi terdepan bagi pelanggan dan masyarakat. DNV GL, yang berdiri pada 1864, beroperasi secara global di lebih dari 100 negara dengan 16.000 yang tenaga profesional yang berdedikasi untuk membantu pelanggan membuat dunia lebih aman, lebih cerdas dan lebih hijau.
Untuk informasi lebih lanjut: http://www.dnv.com/moreondnv/profile/


Rabu, 13 November 2013

Dengan IT, Kota Pekalongan Merevolusi Birokrasi

Jakarta 13 November 2013,- Hal tersebut diungkapkan pada Meaningful Broadband Congress sebuah acara tahunan pertama yang merupakan inisiatif dari Digital Divite Institute diadakan pada 13-14 November 2013 bersamaan dengan acara tahunan forum Infrakstruktur IIICE 2013 di Jakarta.

Pemerintah Pekalongan menerima penghargaan dari MURI karena menjadi satu-satunya daerah yang menerapkan penggunaan aplikasi SIM (Sistem Informasi Manajemen) terbanyak dengan jumlah total 18 macam. Penghargaan tersebut diserahterimakan pada Pekan Batik International (PBI) untuk rekor dunia.

Adapun ke-18 aplikasi OSS tersebut diantaranya adalah SIM Perencanaan Akutansi dan Pelaporan Keuangan Daerah (SIMRAL), SIM Rumah Sakit (SIMRS), SIM Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (SIMPADU), SIM Perpustakaan Digital (DIGILIB), Paperless Office(SIM e-Surat Online) dan lain-lain. Hal ini yang menjadikan Kota Perkalongan sebagai salah satu motor penggerak di Indonesia dalam pemanfaatan IT di Pemerintahan.

Kota Pekalongan telah memiliki perhatian besar dalam pemanfaatan IT untuk membantu tugas-tugas pekerjaan yang ada di SKPD pada ruang lingkup wilayahnya. Beberapa kegiatan IT yang telah dilakukan antara lain seperti pelatihan komputer BLC diskominfo, Jaringan Batik Net dan pembuatan e-KTP di Kecamatan. Bahkan direncanakan penggunaan IT akan sampai pada tingkatan RW/RT.

Walikota Pekalongan dr. HM Basyir Ahmad mengatakan "Dengan IT ini dapat mengurangi biaya rutin APBD dari 70% menjadi 50% sehingga dapat meningkatkan anggaran kesejahteraan bagi masyarakat "ucapnya pada saat kongres.

Senin, 11 November 2013

Tutup Kuartal Ketiga, Posisi ASUS Semakin Kokoh

Dengan market share sebesar 25,2 persen dari sisi unit penjualan, ASUS juga berhasil memuncaki industri mobile computing (di luar tablet) dari sisi revenue dengan 24,2 persen.

Jakarta, 11 November 2013 - Lembaga riset terkemuka dunia, GfK merilis laporan terakhir mereka untuk kuartal ketiga 2013. Dari data yang berakhir pada September lalu, terungkap bahwa dari sisi total penjualan, ASUS memuncaki industri mobile computing (notebook-netbook di luar tablet PC) di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 25,2 persen. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012, ASUS berhasil meningkatkan market share-nya sebesar 7,6 persen.

GfK, yang mengumpulkan data berdasarkan penjualan retail perangkat-perangkat IT di 12 kota utama di Indonesia juga mencatat bahwa ASUS juga berhasil memimpin pasar di industri tersebut dari sisi revenue. Per September 2013 lalu, market share ASUS dari sisi total revenue di Indonesia mencapaai 24,2 persen. Pendapatan ini meningkat dari pendapatan per September 2012 lalu yang hanya sebesar 15,6 persen di industri.

"Pencapaian kami di kuartal ketiga ini lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, baik dari sisi unit penjualan ataupun revenue," kata Juliana Cen Manager of Product Management and Marketing, ASUS Indonesia. "Meski beberapa brand besar di industri ini mengalami penurunan kinerja, namun kami berhasil menjaga tren pertumbuhan yang baik yang sudah terlihat sejak kuartal sebelumnya," ucapnya.

Semakin Fokus ke Segmen Tablet
Setelah memiliki posisi yang kuat di industri notebook, ASUS mulai fokus melebarkan sayapnya ke segmen tablet. Di Indonesia, keseriusan ekspansi ASUS di bisnis tablet dimulai dengan menghadirkan MeMO Pad, tablet Android dengan harga terjangkau dan dilanjutkan dengan ASUS Fonepad, sebuah tablet Android 7 inci dengan fitur 3G untuk komunikasi data dan voice call.

Dengan layar 7 inci berfitur 10-point multi-touch, ASUS  Fonepad yang dipasarkan di harga terjangkau, yakni Rp2,89 juta mampu menampilkan resolusi HD 1280 x 800 dengan jernih dan detail. Teknologi IPS memungkinkan warna ditampilkan dengan cerah hingga sudut pandang 178 derajat. Sehingga gambar bisa dilihat secara jelas dan terang, bahkan saat di luar ruangan.

Hadirnya konektivitas 3G dan HSPA+ membuat ASUS Fonepad menjadi perangkat yang mampu selalu terhubung ke Internet dan mampu menghadirkan pengalaman web browsing yang lancar, download yang cepat dari Google Play Store, serta streaming audio dan video yang mulus. Untuk memanfaatkan fitur 3G telephony, pengguna bisa lewat microphone yang dilengkapi fitur noise-cancelling ataupun via Bluetooth.

###

Tentang ASUS
ASUS adalah Top 3 produsen notebook konsumen dunia dan penghasil motherboard terbaik di dunia, dibuktikan dengan jumlah penjualan terbanyak dan jumlah penghargaan terbanyak. ASUS mendesain dan memproduksi segala jenis produk IT untuk memenuhi segala kebutuhan sehari-hari, mulai dari notebook, tablet, PC desktop, server, perangkat jaringan, dan smartphone.

Dimotivasi oleh inovasi dan berkomitmen pada kualitas, ASUS berhasil memenangkan 4,168 penghargaan di 2012, dan dihargai di industri PC dengan produk Eee PC yang revolusioner. Dengan karyawan hingga 12.000 orang ditambah 3.000 insinyur di dalam tim R&D kelas dunia, ASUS adalah perusahaan kelas dunia yang memiliki keuntungan sekitar US$13 miliar di tahun 2012.

Berdasarkan data IDC Q2 2013, ASUS Top 3 Brand Notebook Konsumer Sedunia, juga telah menempati posisi Top 2 Brand Tablet Android Sedunia, dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang sangat pesat.  Adapun di pasar notebook konsumer global, ASUS menempati posisi TOP 3 Brand ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat dalam penjualan notebook ASUS di berbagai wilayah seperti:

1. Sebagai TOP 1 Brand Notebook konsumer Terkemuka di Eropa Timur dan Tengah
2. Sebagai TOP 2 Brand Notebook konsumer Terkemuka di Asia Tenggara dan China
3. Sebagai TOP 3 Brand Notebook konsumer Terkemuka di Eropa Barat

ASUS juga dinobatkan sebagai Indonesia Brand Champion 2012 oleh Markplus Insight dan Marketeers untuk kategori Most Widely Used of Netbook Brand dan juga Most Widely Used of Notebook Brand.

Kontak ASUS Indonesia  
http://id.asus.com 

Kamis, 07 November 2013

CSR Asia dan Prudence Foundation Mengadakan Forum Tahunan Mengenai Persiapan Bencana

Memperbaiki ketahanan dan kesiapan untuk menghadapi bencana di Asia-Pasifik

Jakarta, 7 November 2013 – Setiap tahunnya, 200 juta orang terkena dampak bencana alam di wilayah Asia-Pasifik. Sepanjang tahun 2013, Indonesia telah mengalami berbagai bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi dan banjir. Ketika bencana ini terjadi maka stabilitas ekonomi di seluruh wilayah akan terpengaruh.

Walapun bantuan pasca bencana memberikan dampak siginifikan terhadap pemulihan kehidupan masyarakat, namun akan lebih baik jika masyarakat mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana, sehingga mereka dapat menolong diri mereka sendiri untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan.

CSR Asia, organisasi pengembangan kapasitas dan kesadaran terhadap bisnis berkelanjutan, dan didukung oleh Prudence Foundation, sebuah badan amal dari Prudential Asia, telah berkolaborasi dalam menyusun sebuah White Paper berjudul “Bisnis dan Persiapan Bencana: Membantu Masyarakat Mempersiapkan Respon Efektif” pertama di  Asia-Pasifik. Peluncuran White Paper akan dilangsungkan pada Disaster Preparedness Forum tahunan yang akan digelar pertama kali pada 21 November 2013 di Four Seasons Hotel, Jakarta.

Forum ini akan menggarisbawahi kesempatan bagi bisnis untuk terlibat dalam program kemitraan untuk membangun masyarakat siaga bencana di kawasan Asia-Pasifik.  Forum ini juga akan menelaah empat model keikutsertaan pelaku bisnis yang meliputi: program sukarelawan, penggunaan aset dan jaringan bisnis, aplikasi teknologi terbaru dan upaya advokasi.

Richard Welford, Ketua CSR Asia mengatakan: “Dengan dukungan kolaboratif dari Prudence Foundation, kami bertujuan untuk menguatkan peranan bisnis dalam membantu masyarakat mempersiapkan diri menghadapi bencana melalui forum perdana kami. Kami ingin mengumpulkan para pemimpin dari sektor bisnis, NGO dan pemerintah untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan kesempatan kerjasama guna membantu masyarakat memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kontribusi perusahaan dalam persiapan bencana.”

Para pembicara dalam forum adalah perwakilan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Victor Rembeth, National Manager, Disaster Resource Partnership (DRP) Indonesia National Network, Rajan GengajeKepala dari United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs in Indonesia, Richard Welford, Pimpinan CSR Asia, dan perwakilan dari Save the Children, Plan International, Oxfam dan VSO. Pimpinan Prudential Corporation Asia Donald Kanak, Managing Director Indonesia DHL Supply Chain Rahim Tahir dan Kepala dari Corporate Responsibility Asia Pasifik, Eropa Tengah, Timur Tengah dan Afrika, Visa Inc. Erin Steinhauer akan mewakili pelaku bisnis.

Donald Kanak, yang juga merupakan perwakilan dari Prudence Foundation mengatakan: “Kami berharap forum ini akan menjadi kesempatan bagi bisnis untuk belajar dan untuk terlibat langsung dalam dialog mengenai persiapan bencana. Sebagai perusahaan asuransi jiwa dan manajemen aset terbaik di Asia, Prudential berkomitmen dalam kesehatan, keamanan dan kesejahteraan dari masyarakat sekitar tempat kami beroperasi. Pesan utama dari forum ini adalah bahwa persiapan bencana dapat bersinergi dengan kerjasama komunitas dan bisnis.”

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Disaster Preparedness Forum dan registrasi, silahkan kunjungi http://csr-asia.com/dpforum2013/

-end-



Tentang CSR Asia
CSR Asia mengembangkan kapasitas dan mempromosikan kesadaran terhadap corporate social responsibility (CSR) untuk mengembangkan keberlanjutan perkembangan di seluruh wilayah Asia.

Melalui kehadiran kami yang terus meluas secara global dan tim dengan keahlian khusus, kami menyediakan riset mutakhir, laporan strategis, pelayanan jaringan dan pendidikan eksekutif dengan pemahaman masalah CSR yang terus berkembang. Kantor-kantor perwakilan kami di Hong Kong, Malaysia, Thailand, Japan, Singapore, Australia dan Inggris serta mitra di wilayah Vietnam, Bangladesh dan Indonesia, turut berkontribusi untuk menangani masalah-masalah keberlangsungan yang dihadapi di wilayah ini. Untuk informasi lebih lanjut: www.csr-asia.com

Tentang Prudence Foundation
Di tahun 2011, kami mendirikan Prudence Foundation untuk menangani usaha Corporate Social Responsibility (CSR) kami, serta membangun komitmen jangka panjang dalam hal tanggung jawab perusahaan. Prudence Foundation menyediakan suatu wadah amal untuk membawa aktivitas CSR kami secara regional ke tingkat yang lebih tinggi dalam hal keselarasan strategis dan memaksimalkan dampak usaha kami di seluruh wilayah Asia.

Prudence Foundation melanjutkan fokus kami dalam pilar kunci yang kami bangun, yaitu anak-anak, pendidikan dan Persiapan serta Penanggulangan Bencana.

Prudence Foundation mewujudkan komitmen jangka panjang dari Prudential untuk menyediakan dukungan yang inovatif, terfokus dan praktis bagi komunitas lokal. Melalui kontribusi aktif demi inisiatif keberlanjutan yang terfokus pada bisang Pendidikan, Anak dan Persiapan serta Penanggulangan Bencana, kami bertujuan untuk memberikan kontribusi abadi bagi masyarakat Asia.

Prudence Foundation dipimpin oleh Dewan Direksi yang dibentuk secara hukum, dibawah Dewan Perwakilian yang terdiri dari para pimpinan bisnis dari perusahaan ini. Dewan Perwakilan adalah forum pengambilan utama bagi yayasan ini. Seorang Direktur Eksekutif telah ditunjuk untuk mengelola manajemen harian dari program-program yang telah disetujui oleh yayasan yang telah berkolaborasi dengan unit bisnis dimana program-program tersebut akan dijalankan. Untuk informasi lebih lanjut:www.prudencefoundation.com  

CSR Asia and Prudence Foundation to Hold Inaugural Forum on Disaster Preparedness

Improving resilience and preparedness for disasters impacting the Asia-Pacific region
  
Jakarta, 7 November 2013 – Every year around 200 million people are directly affected by natural disasters in the Asia-Pacific region. In 2013 thus far, Indonesia has recorded several destructive natural disasters such as landslides, earthquakes, and flash floods. When such disasters occur, they inevitably impact economic stability across the archipelago.

While disaster relief efforts have a significant impact on a community’s ability to recover, it is more prudent to help communities be better prepared for disasters, so they may help themselves in order to reduce damages and losses.

CSR Asia, an organization building capacity and awareness of sustainable business practices, with the support of the Prudence Foundation, the charitable arm of Prudential in Asia, have collaborated on a White Paper entitled “Business and Disaster Preparedness: Helping Communities Prepare for Effective Response”, the first of its kind in the region.  The research, findings and proposals of this White Paper will be made public at the first annual Disaster Preparedness Forum to take place on November 21st, 2013 at the Four Seasons Hotel, Jakarta.

The Forum will underline opportunities for businesses to engage in partnerships that help build disaster preparedness of communities in the Asia-Pacific region. It will also examine four modes of business engagement covering: skills-based volunteering, use of business assets and networks, application of new technology and innovation, and advocacy efforts.

Richard Welford, Chairman of CSR Asia said: “With the collaborative support of the Prudence Foundation, we are aiming to strengthen the business sector’s role in helping communities prepare for disasters through our first such forum. We want to bring together key leaders in the business, humanitarian, and government sectors to identify and discuss opportunities for cooperation in helping meet community needs and leveraging company contributions in disaster preparedness.”

The speakers at the Forum will include a representative from Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Victor Rembeth, National Manager, Disaster Resource Partnership (DRP) Indonesia National Network, Rajan Gengaje, Head of the United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs in Indonesia, Richard Welford, Chairman of CSR Asia, and representatives from Save the Children, Plan International, Oxfam and VSO. From the private sector, speakers will include Donald Kanak, Chairman of Prudential Corporation Asia, Rahim Tahir, Managing Director Indonesia, DHL Supply Chain, and Erin Steinhauer, Head of Corporate Responsibility Asia Pacific, Central Europe, Middle East and Africa, Visa Inc.

Donald Kanak, who is also a Trustee of the Prudence Foundation, said: “We hope that this Forum will be an opportunity for business to learn and to engage in dialogue relating to disaster preparedness. As a leading life insurer and asset manager in Asia, Prudential has a strong commitment to the health, safety and prosperity of the communities in which we operate. The primary message of this forum is that disaster preparedness can be more effectively realised with the cooperation of communities and businesses.”
For further information about the Forum, and registration please visit http://csr-asia.com/dpforum2013/
-end-
 
 
 
About CSR Asia
CSR Asia builds capacity and promotes awareness of corporate social responsibility (CSR) in order to advance sustainable development across Asia.
 
Through our expanding global presence and our team of specialists, we provide cutting-edge research, strategy advisory, networking and executive education services with an informed understanding of evolving CSR issues on the ground. Our offices in Hong Kong, Malaysia, Thailand, Japan, Singapore, Australia and the United Kingdom and our partnerships in Vietnam, Bangladesh and Indonesia, contribute to tackling the sustainability challenges facing the region.  For more information: www.csr-asia.com
 
About Prudence Foundation
In 2011, we established the Prudence Foundation to further drive our Corporate Social Responsibility (CSR) efforts, building on our long-standing commitment to corporate responsibility. The Foundation provides a unified charitable platform for bringing our regional CSR activities to a new level of strategic alignment and maximising the impact of our efforts across Asia.
 
The Prudence Foundation continues our focus on the key thematic pillars of Children, Education and Disaster Preparedness & Relief.

The Prudence Foundation embodies the long-term and heartfelt commitment of Prudential's people in Asia to provide innovative, focused, and practical support to their local communities. Through meaningful contributions to sustainable initiatives focused on Education, Children and Disaster Preparedness & Relief, we aim to make a lasting contribution to Asian societies.

The Prudence Foundation is governed by a statutory Board of Directors, under which is a Board of Trustees comprised of senior business leaders of the firm. The Board of Trustees is the main decision-making forum for the Foundation. A full-time Executive Director has been appointed to perform the day-to-day management of the programmes approved by the Foundation in collaboration with the business units where the programmes may operate. 
For more information: www.prudencefoundation.com