Kamis, 08 September 2011

PRIHATIN KECELAKAAN MUDIK MENINGKAT, PII SIAP BANTU TANGANI INFRASTRUKTUR

JAKARTA-8 SEPTEMBER 2011 – Persatuan Insinyur Indonesia (PII) merasa sangat prihatin dengan meningkatnya angka peristiwa kecelakaan lalulintas selama musim mudik Lebaran 2011 ini. “Keprihatinan kami karena kebanyakan kasus ini bisa jadi merupakan akibat dari ketidaklayakan infrastruktur, sehingga menyebabkan jatuhnya ratusan korban saat mudik,” ujar Sekretaris Jenderal PII, Heru Dewanto dalam pernyataannya di Jakarta.

Menurut Heru, berdasarkan catatan polisi ada 4.006 kasus. Angka ini naik sekitar 996 kejadian, dibandingkan Lebaran tahun lalu tercatat 3.010 kasus. "Bukankah ini naik 33,08 persen dibandingkan masa lebaran tahun lalu, sebuah angka yang fantastis" ujar Heru mengutip publikasi dari Kepolisian.

Heru menyatakan bahwa ia menanggapi peningkatan kasus ini dari sudut pandang infrastruktur transportasi, dan bukan bermaksud menyalahkan siapapun. “Jangan sampai karena buruknya infrastruktur lantas menjadikan rakyat sebagai korbannya,” tukas Heru. Oleh karena itu, PII siap untuk ikut membantu menangani perbaikan kondisi infrastruktur yang ada.

“Sebagai contoh bahwa infrastruktur di ruas jalan Tol Cipularang, Pantura dan Nagreg memang masih cukup terjal untuk dilalui, sehingga hal itu membahayakan para pemudik,” ujar Heru. Menurutnya banyaknya angka kecelakaan dan kematian selama arus mudik dan balik lebaran, bukan hanya faktor kelalaian manusia, tetapi infrastruktur jalan yang seharusnya diperbaiki.
“Selain itu coba perhatikan, pengamanan oleh aparat di ruas-ruas yang rawan kecelakaan selama ini juga masih kurang,” kata Heru.

Faktor peningkatan volume kendaraan menuju Luar Kota

Dalam kesempatan tersebut, Heru juga mengetengahkan akibat jumlah kendaraan menuju luar kota yang meningkat menyebabkan semakin tingginya angka kecelakaan di ruas-ruas jalan rawan kecelakaan tersebut. “Sayang disayangkan jika jumlah kendaraan yang menuju jalan-jalan di luar kota padat, sementara infrastruktur tidak memadai untuk menampung volume kendaraan yang membludak,” ujar Heru.

Menurut Heru, di luar waktu lebaran pun infrastruktur transportasi di negara kita belum memadai, kualitas jalan tidak mendukung untuk mengangkut kendaraan ke luar atau dalam kota (Jakarta) ditambah lagi fasilitas jalan yang tidak layak, seperti jalan banyak yang berlubang, jalan yang rusak dibiarkan begitu saja. Apabila di dalam kota volume kendaraan yang membludak dapat menyebabkan kemacetan, bayangkan di luar kota hal itu dapat menyebabkan kecelakaan meningkat jumlahnya.

“Yang menjadi masalah karena infrastruktur transportasi ini tidak didukung dengan perbaikan kualitas dan pelayanan transportasi massal yang ada di negara ini. Sebagai contoh, faktor keamanan angkutan massal seperti kereta api belum menjamin para penggunanya, sehingga masyarakat kita masih merasakan kekhawatiran untuk menggunakan transportasi massal yang merupakan transportasi teraman di dunia tersebut. Faktor keamanan saat berada di jalan darat pun harus diutamakan dengan memberikan kualitas infrastruktur jalan yang memadai dan fasilitas jalan seperti rambu maupun pembatas jalan perlu ditambah untuk memberikan kenyamanan bagi para pengguna angkutan darat,” ungkap Heru.

Karena itu kemudian kita harus melihat pada infrastruktur transportasi yang ada di negara tetangga seperti Thailand. Negara tetangga ini memiliki jalur transportasi yang layak pakai. “Di Thailand, ada jalan dari Bangkok menuju Pattaya yang mempunyai 2 jalur di kanan dan kiri, serta ada median di tengah jalur tersebut, itu menunjukkan jika kondisi infrastruktur di negara yang jumlah penduduknya lebih sedikit dibandingkan Indonesia ini memadai dengan struktur jalan yang layak,” ujar Heru.

PII siap bantu tangani infrastruktur

Bercermin dari masalah tersebut, Heru mempertanyakan sejauhmana peran pemerintah dalam mengatasi kendala infrastruktur ini. “Seharusnya tidak usah malu bila memang tidak mampu menanggulangi masalah ini, ajaklah pihak yang berkompeten untuk bekerjasama,” ujarnya.

Heru menegaskan sikap bahwa PII siap berjalan bersama pemerintah guna memperbaiki kondisi infrastruktur jalan yang buruk tersebut. “Kita bisa bayangkan, jika Tol Cipularang dan jalur Nagreg yang dibangun dekat dengan pengawasan pemerintah pusat saja masih seperti itu, bagaimana dengan infrastruktur di daerah Pantura,” tukas Heru.

PII merasa sangat prihatin dan  terpanggil untuk memperbaiki keadaan tersebut, ujar Heru. Sebagai organisasi tempat bergabungnya para pakar infrastruktur, inilah salah satu wujud sumbangsih serta bakti PII kepada bangsa ini. Namun menurut Heru, semuanya kembali kepada sikap pemerintah sendiri. “Kembalikan kualitas jalan pada standarnya, momen lebaran hanya terjadi sekali tiap tahun dan ini hanya menjadi tragedi rutin yang sudah menjadi ritual,” demikian menurut Heru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar