Minggu, 04 September 2011

Big Data Analytics SAS untuk mengarahkan tindakan terbaik di masa mendatang

SAS analytics membantu perusahaan terkemuka ICBC, China Guangfa Bank, Hyundai Marine & Fire Insurance, KDDI dan masih banyak lagi

The Premier Business Leadership Series, JAKARTA  (24 Agustus 2011)  – Beberapa perusahaan menghadapi tantangan Big Data, seperti Industrial and Commercial Bank of China Ltd. (ICBC), salah satu bank terbesar di dunia. Memiliki 220 juta nasabah dan 600 juta rekening, bank tersebut memproses 200 juta transaksi setiap harinya. Untuk menyaring volume raksasa data, bank mengandalkan software SAS, pemimpin software dan layanan business analytics, untuk membuat keputusan bisnis dengan lebih baik, membangun hubungan dengan nasabah dan meningkatkan manajemen risiko.

Dengan volume rekening tradisional dan data transaksi, serta data dari pembayaran melalui mobile dan sumber baru lainnya, ICBC mewujudkan tantangan Data Besar (Big Data) yang dihadapi bisnis global saat ini. Melalui teknologi Big Data Analytics terukur dari SAS, bisnis seperti ICBC menemukan wawasan dalam Big Data untuk membantu mereka dalam berkompetisi dan mencapai keberhasilan.

"Era 'Big Data' telah tiba: gudang data multi-petabyte, interaksi social media, data yang masuk secara real-time, informasi geospasial dan sumber data baru lainnya menunjukkan tantangan dan sekaligus kesempatan signifikan yang dihadapi organisasi," kata Philip Carter, Associate Vice President IDC Asia/Pasifik. "Di masa mendatang, Chief Information Officer (CIO) mulai mengadopsi kelas baru teknologi yang diperlukan untuk memproses, menemukan dan menganalisa rangkaian data masif yang tidak dapat diatasi dengan menggunakan database dan arsitektur tradisional, akan menjadi jelas jika nilai sebenarnya akan diperoleh dari analytics high-end yang dapat dilakukan pada volume yang meningkat, kecepatan dan variasi data yang dihasilkan oleh organisasi." 

Big Data Analytics

SAS telah mendukung lingkungan Big Data selama bertahun-tahun. Big Data hanya akan menarik jika Anda dapat memperoleh nilai analytics darinya. Jadi, bukan Big Data yang begitu diperlukan melainkan Big Data Analytics yang memberikan wawasan dan nilai riil.
SAS memiliki rangkaian kemampuan yang luas untuk mendukung Big Data Analytics, seperti grid, in-database, dan in-memory. Kemampuan ini dapat diimplementasikan lintas solusi SAS, seperti manajemen data, analytics dan BI/reporting, serta solusi untuk industri tertentu dan bisnis horisontal.

"Dengan Big Data Analytics, organisasi dapat membuat keputusan yang lebih baik dan cepat tidak hanya berdasarkan apa yang telah terjadi melainkan apa yang akan terjadi kemudian. Big Data Analytics juga dapat memprediksi hasil terbaik dan tetap dapat menunjukkan penampilan maksimal meski berada dalam perubahan yang cepat," kata Mikael Hagstrom, Executive Vice President, SAS Europe, Middle East, Africa and Asia Pacific.

Global Survey: Analytics Muncul

Bloomberg BusinessWeek Research Services melakukan global survey – disponsori oleh SAS -- pada bulan Mei terhadap 930 pebisnis profesional untuk menentukan kondisi business analytics dalam organisasi mereka. Sementara business analytics telah meluas, 97% dari responden yang di survei menyatakan menggunakan business analytics dalam organisasi mereka, sebagian besar dari perusahaan tersebut belum menggunakan  analytics dalam kemampuan lebih canggih yang tersedia. Untuk survei ini, kurang dari satu dari lima perusahaan telah mengambil keuntungan dari teknologi yang berkembang dari sumber-sumber informasi (seperti data Web, social media dan data tidak terstruktur dari teks dan video).

Sebagaimana di seluruh dunia, organisasi di kawasan Asia Pasifik telah banyak memperoleh ide tentang pemanfaatan data mereka untuk menghasilkan wawasan. Sementara sebagian besar masih pada tahap muncul atau awal dalam penggunaan analytics, beberapa organisasi telah mengadopsi business analytics untuk mengambil keuntungan dari Big Data dan mengubahnya menjadi wawasan berharga dan keputusan yang lebih baik.

China Guangfa Bank, bank Cina pertama yang menerbitkan kartu kredit merupakan salah satu perusahaan yang mengadopsi business analytics. Bank yang sedang berkembang ini menghadapi tantangan data besar, yaitu sedang mempersiapkan perusahaan untuk kemungkinan IPO multi-miliar dolar di Hong Kong pada awal tahun ini. Sebagai contoh, mereka harus mengatur risiko kredit untuk portfolio kartu kredit yang berkembang pesat, dengan lebih dari 12 juta kartu kredit dikeluarkan. China Guangfa Bank mengandalkan SAS untuk platform analytics yang komprehensif dan terukur untuk memenuhi kebutuhan analytics data.

"Analytics sangatlah penting untuk China Guangfa Bank dalam membantu mengelola dan memperoleh manfaat dari sejumlah data nasabah, operasi, risiko kredit dan sebagainya,” kata Dr. Yachen Lin, CRO China Guangfa Bank Credit Card Center. "SAS menyediakan framework analytics yang solid dan telah teruji untuk memenuhi kebutuhan akan data analisis yang terus berubah, membantu membedakan bank kami dari kompetitor dan meningkatkan usaha marketing kami. Dengan SAS analytics, China Guangfa Bank siap menjemput masa depan, masa depan untuk memegang IPO, tetapi pasti akan memiliki data yang lebih banyak dan akan terus bertambah.”

Perusahaan asuransi mobil Korea semakin dibebani dengan klaim palsu. Layanan Pengawasan Keuangan Negara menunjukkan jika dalam satu tahun, klaim palsu meningkat sebesar 30 persen. Akan tetapi, sebagian besar perusahan asuransi tidak meresponnya secara efektif– baik karena mereka tidak memiliki cukup staf peneliti klaim ataukah karena mereka mendasarkan pada model prediksi pada statistik industri yang tersedia.
Tetapi tidak demikian bagi Hyundai Marine & Fire Insurance. Dengan menggunakan SAS untuk mendeteksi dan mencegah pemalsuan, perusahaan asuransi non-life terbesar di Korea telah membuat sistem untuk mencegah klaim palsu dan meningkatkan proses pembayaran premi, sehingga melindungi pelanggan yang paling menguntungkan.

Contoh organisasi lainnya di Asia Pasifik yang beralih ke analytics adalah:
  • ·    KDDI, penyedia telekomunikasi terbesar ke dua di Jepang, menggunakan SAS® for Customer Experience Analytics. Dengan SAS untuk Customer Experience Analytics, organisasi dapat mengukur dan menganalisa "experience value" pelanggan dengan mengumpulkan data terkait dengan perilaku pelanggan di Web, lalu mengintegrasikan dan menganalisis data pelanggan dan membeli data.
  • ·    Malaysia Building Society Berhad (MBSB) mengandalkan SAS® Rapid Predictive Modeler untuk membantu mengurangi kredit macet (NPL) dan memberikan wawasan yang lebih tepat tentang nasabahnya .
  • ·    Securities and Exchange Board of India (SEBI) mengandalkan SAS analytics untuk mempercepat investigasi dan membangun percaya diri penanam modal .
Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai Big Data Analytics, SAS menyediakan Business Analytics Knowledge Exchange, komunitas online untuk diskusi independen tentang tren business analytics dan praktik-praktik terbaik. Ahli industri juga sering memberikan kontribusi pada pemecahan masalah nyata melalui business analytics.
Pengumuman saat ini adalah program The Premier Business Leadership Series di Singapura, konferensi terdepan yang diselenggarakan oleh SAS dengan menyatukan lebih dari 600 peserta dari kalangan pemimpin perusahaan dari sektor swasta dan publik untuk berbagi gagasan tentang isu-isu bisnis yang penting.

Tentang SAS
SAS merupakan pemimpin software dan layanan business analytics, dan vendor terbesar dalam pasar Business Intelligence. Melalui solusi yang inovatif dengan framework yang terintegrasi, SAS membantu pelanggan di lebih dari 50.000 tempat untuk meningkatkan performa kinerja perusahaan dan membantu proses pembuatan keputusan menjadi lebih cepat dan tepat. Sejak 1976 SAS telah memberikan kepada pelanggan di seluruh dunia kemampuan THE POWER TO KNOW®.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar