Rabu, 12 Oktober 2011

IBM Global Parking Survey: Tantangan Setiap Pengemudi di Berbagai Belahan Dunia – Kesulitan Mencari Parkir

Jakarta, 11 Oktober 2011 -  IBM (NYSE: IBM) baru baru ini melakukan survey Commuter Pain Index tentang perparkiran. Survey menemukan bahwa pengemudi di 20 kota di dunia - setiap hari harus berjuang keras untuk menemukan tempat parkir. Tahun lalu, 6 dari 10 pengemudi paling tidak pernah sekali membatalkan niat mereka mencari tempat parkir, dan lebih dari 25% pernah berselisih dengan pengemudi lain ketika berebut tempat parkir.

Selain kemacetan yang disebabkan oleh para komuter yang mondar-mandir, perbaikan jalan dan kecelakaan, laporan ini mengestimasikan bahwa 30% kemacetan disebabkan oleh pengemudi yang mencari tempat parkir. Selain menyebabkan kemacetan, sistem parkir yang tidak efisien juga menyebabkan lebih banyak emisi karbon dan waktu yang terbuang, sehingga menyebabkan penurunan produktifitas, hilangnya peluang dan layanan perkotaan yang tidak efisien.

Menariknya, survei parkiran global IBM membuktikan bahwa pengemudi di negara berkembang maupun maju menghadapi keputus-asaan yang sama dalam hal parkir. Para pengemudi di Nairobi rata-rata menghabiskan 31,7 menit  untuk menemukan tempat parkir, dan para pengemudi di Bangalore, Beijing, Buenos Aires, Madrid, Meksiko, Paris dan Shenzhen melaporkan di atas rata-rata dunia. Tujuh belas persen pengemudi di Milan dan Beijing, serta 16 persen pengemudi di Madrid dan Shenzhen menghabiskan 31 hingga 40 menit untuk menemukan tempat parkir.

•         8.042 komuter dari 20 kota di enam benua mengikuti survei ini
•        Kebutuhan parkir sangat sulit dikelola di seluruh dunia; Lebih dari 50% pengemudi   membatalkan  niat mencari tempat parkir
•        Chicago melaporkan jumlah tilang paling sedikit; Bangalore terbanyak
•      Pengemudi di New Delhi, Bangalore, Nairobi dan Milan paling banyak bertengkar tentang tempat parkir

Bahkan, lebih dari 50% pengemudi di 16 dari 20 kota yang disurvei melaporkan bahwa mereka pernah mengalami keputus-asaan sehingga membatalkan niat mereka mencari tempat parkir dan meninggalkan tempat itu. Sebagai contoh, tiga dari empat komuter yang disurvei di Shenzhen (80 persen), Beijing (74 persen), Nairobi (76 persen), Singapura dan Meksiko (73 persen), dan Madrid (69 persen) mengatakan bahwa mereka tidak dapat sampai ke tujuan mereka karena menyerah ketika mencari parkir. Sebaliknya para responden di Chicago (63 persen), Stockholm (62 persen), Montreal (58 persen) dan Toronto (57 persen) mengatakan bahwa mereka jarang sekali mengalami keputusasaan ini.

“Pengemudi di seluruh dunia mengalami keputus-asaan dan ketidak-nyamanan – bukan saja pada saat mereka pulang-pergi ke tempat kerja, tetapi juga ketika mereka mencari tempat parkir,” tutur Suryo Suwignjo, Presiden Direktur, IBM Indonesia. “Ketidak-nyamanan ini dapat mempengaruhi produktifitas masyarakat dan peluang ekonomis di suatu kota. Kemampuan untuk menggabungkan informasi transportasi dengan baik, memahami kebutuhan parkir masyarakat, dapat membantu pemerintah kota menyesuaikan persediaan parkir dengan kebutuhan masyarakat, selain mengantisipasi dan mencegah macet total serta mendayagunakan jalan tikus untuk mengurangi kemacetan.”

IBM mengkompilasikan hasil survei ke Index Parkir yang pertama ini. Indeks ini memeringkatkan beban emosional dan ekonomis terkait perparkiran di 20 kota internasional dengan nilai tertinggi sebagai beban yang paling berat. Indeks ini menyebutkan bahwa terdapat berbagai ketidaknyamanan dalam mencari tempat parkir di setiap kota. Tingkat ketidak-nyamanan di Chicago adalah yang terendah, diikuti oleh Los Angeles dan Toronto.

IBM Parking Index mencakup isu-isu utama berikut:
  1.  Waktu terlama untuk mencari tempat parkir;
  2.  Kegagalan menemukan tempat parkir;
  3.  Perselisihan karena tempat parkir;
  4.  Menerima tilang karena parkir ilegal dan
  5.  Jumlah tilang yang diterima.

Nilai index kota-kota yang disurvei adalah sebagai berikut: New Delhi: 140; Bangalore 138; Beijing 124; Moskow 122; Shenzhen 122; Paris 122; Milan 117; Nairobi 111; Madrid: 104; Singapura 97; Meksiko: 97; Stockholm: 90; Johannesburg: 87; London: 86; New York: 85; Montreal: 85; Buenos Aires: 80; Toronto: 77; Los Angeles: 61; dan Chicago: 51.

Ringkasan Survei
Di tingkat global, satu dari empat responden (27 persen) melaporkan bahwa mereka pernah berselisih dengan pengemudi lain ketika berebut tempat parkir satu tahun belakangan ini. Pengemudi di New Delhi (58 persen), Bangalore (44 persen), Nairobi (43 persen) dan Milan (37 persen) adalah yang paling sering berselisih. Survei ini membuktikan bahwa pengemudi yang tersabar, paling tidak dapat menghindari perselisihan tentang parkir, adalah di Chicago (89 persen), Los Angeles dan Stockholm (87 persen), Montreal (85 persen), dan Singapura (83 persen).
 
Sembilan dari sepuluh responden di Madrid dan Johannesburg melaporkan bahwa mereka tidak pernah kena tilang parkir selama satu tahun terakhir, jauh di atas rata-rata global. Chicago, Los Angeles dan Nairobi berada di belakang kedua kota tersebut.

Meskipun sebagian besar pengemudi di Bangalore (70 persen), Moskow (69 persen) dan Paris (62 persen) mengatakan bahwa mereka tidak kena tilang satu tahun belakangan ini, mereka juga penerima tilang parkir terbanyak -- 9 (Bangalore), 8.5 (Moscow) dan 7 (Paris).

Di seluruh dunia, pengemudi rata-rata menghabiskan 20 menit untuk menemukan tempat parkir. Pengemudi di  Afrika melaporkan jumlah waktu tercepat dan juga terlama untuk menemukan tempat parkir setahun belakangan ini, jika dibandingkan 18 kota lainnya – Johannesburg rata-rata 12,7 menit dan Nairobi rata-rata 31,7 menit.

Tiga belas persen pengemudi di Nairobi mengatakan bahwa mereka berputar-putar selama lebih dari satu jam selama satu tahun terakhir. Di lain pihak, masyarakat di Chicago (28 persen), Montreal (24 persen) dan Stockholm (24 persen) memiliki nasib yang lebih baik – mereka dapat menemukan tempat parkir dalam waktu kurang dari lima menit.  

Tentang IBM Parking Survey
Survei parkir global yang dilakukan IBM, melibatkan 8.042 komuter di 20 kota di seluruh dunia, adalah bagian dari Survey Commuter Pain tahunan IBM. Tujuan dari survei ini adalah untuk lebih memahami sikap konsumer tentang kemacetan lalu lintas, karena tingkat keparahannya di seluruh dunia kini mencapai titik kritis dan emisi kendaraan bermotor kini semakin mengancam lingkungan hidup. Semua hal ini mempengaruhi masyarakat di seluruh dunia, dimana pemerintah, pihak swasta dan warga kini mencari jalan keluar non-tradisional seperti membangun jalan untuk mencegah dampak negatif dari kemacetan lalu lintas yang bertambah parah.

Temuan dari survei Commuter Pain digunakan untuk menilai keprihatinan masyarakat tentang permasalahan parkir, lalu lintas dan komuter; mendorong solusi transportasi yang lebih pintar seperti prediksi lalu litas, sistem tol pintar, pembebanan penggunaan jalan tertentu, pengelolaan lalu lintas dan parkir canggih dan pengelolaan tarif yang terintegrasi; serta digunakan sebagai basis pendekatan-pendekatan baru untuk memperbaiki transportasi.  
IBM bekerja-sama dengan kota-kota, pemerintah-pemerintah dan pihak-pihak lain di seluruh dunia untuk membuat sistem transportasi mereka lebih pintar. Sistem transportasi yang lebih pintar dapat membantu sistem lalu lintas dan sistem transit publik berjalan secara lebih lancar, mengantisipasi dan mengurangi kemacetan sebelum masalahnya timbul, mengurangi emisi dan meningkatkan kapasitas infrastruktur.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar