Rabu, 01 Juni 2011

PII : INDUSTRI PENERBANGAN NASIONAL BUTUH PERHATIAN PEMERINTAH

Jakarta, 1 Juni 2011: Industri penerbangan nasional berpotensi untuk dikembangkan menjadi lebih maju di masa mendatang karena potensi dan iklimnya sangat mendukung. Yang dibutuhkan hanyalah keinginan, kepemimpinan, keberpihakan dan perhatian serius dari pemerintah. Demikian dikatakan Heru Dewanto Sekjen Persatuan Insinyur Indonesia (PII). “Tanpa kepemimpinan dan keberpihakan pemerintah tidak akan pernah ada kebangkitan industri kedirgantaraan nasional, yang terjadi adalah kita menyerahkan potensi pasar Indonesia yang luar biasa besar untuk kebangkitan industri negara lain,”jelas Heru yang menggarisbawahi kesimpulan diskusi “Kebangkitan Nasional Menuju Kebangkitan Industri Penerbangan Nasional” yang digelar Badan Kejuruan Teknologi (BKT) Kedirgantaraan PII di Gedung Serbaguna PII kemarin (31/6).

Lebih lanjut Heru menyatakan bahwa untuk membangun industri penerbangan yang lebih baik, maka berbagai faktor kelemahan selama ini perlu dibenahi yaitu: Pertama, kelemahan pada pendanaan. Dalam hal ini pemerintah harus mempunyai keinginan membangun model pendanaan di bidang aviasi.   Kedua, jaminan keselamatan penerbangan adalah faktor yang sangat penting. Dalam hal ini, peran pemerintah perlu melakukan sertifikasi pesawat dan mengembangkan infrastuktur transportasi udara. Ketiga, Kelemahan industri kedirgantaraan berpacu pada semakin berkurangnya Sumber Daya Manusia (SDM). Pada awalnya karyawan PTDI sebanyak 16.000 karyawan, namun saat ini hanya hanya 3500 orang dan 888 karyawan diantaranya tercatat sebagai teknisi penerbangan. 

Di samping itu, dalam memenuhi amanat undang-undang nomor 1 tahun 2009 mengenai pemberdayaan industri dan pengembangan teknologi penerbangan menyerukan maka perlu adanya pengembangan standarisasi dan komponen penerbangan dengan menggunakan sebanyak-banyaknya muatan lokal dan alih teknologi.

Pada forum diskusi kedirgantaraan tersebut terungkap bahwa pada saat ini BPPT dan PTDI tengah merancang pesawat N250R. “Pesawat kelas 50 penumpang ini mempunyai keunggulan yakni performa lepas landas dan mendarat yang kompetitif serta kenyamanan penumpang pada tempat duduk lapang dan kebisingan rendah. Pesawat tersebut disertifikasi di Indonesia untuk segera memasuki pasar domestik, kemudian sertifikasi FAA dan JAA,” ulas Heru.

Heru juga mengungkapkan, BPPT juga  tengah memproduksi pesawat lainnya berjenis N-219. Pesawat ini dirancang untuk memenuhi tantangan kondisi geografis Indonesia, seperti kepulauan, pegunungan dan perbukitan serta keterbatasan infrastruktur di daerah yang relatif terpencil pada landasan pendek dan minim fasilitas.

Diskusi Kebangkitan Nasional Menuju Kebangkitan Industri Penerbangan Nasional dihadiri Pimpinan Pusat PII yaitu Muhammad Said Didu (Ketua Umum), Heru Dewanto (Sekjen), dan Rudianto Handojo (Direktur Eksekutif PII,) dan pakar kedirgantaraan diantaranya: Indra Setiawan (Pengurus Badan Kejuruan Teknologi Kedirgantaraan-PII), Bagus Eko (Assisten Direktur Sales Marketing Air Craft Service), PT Dirgantara Indonesia (DI), Budhi M Suyitno (Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan),  Oetarjo Diran (Mantan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi) dan Marzan A Iskandar (Ketua Badan Percepatan Penguasaan Teknologi-BPPT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar