Senin, 13 Juni 2011

PII DESAK PENGUSAHA SERAP TENAGA AHLI LOKAL

Jakarta, 10 Juni 2011: Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mendesak para pengusaha mampu menyerap lulusan sarjana teknik lokal guna menangani proyek konstruksi nasional, demikian diungkapkan Direktur Eksekutif PII, Rudianto Handojo dalam “Temu Pakar Konstruksi Nasional” di Gedung PII, Halimun, Kamis (9/6).

Rudi mengatakan dari data Badan Pusat Statistik tercatat pada tahun 2010 lulusan sarjana teknik di Indonesia sekitar 35.000 orang per tahunnya, sementara China sanggup menghasilkan insinyur sepuluh kali lipatnya dengan jumlah 300.000 hingga 400.000 lulusan sarjana teknik  setiap tahun. “Jumlah insinyur dihasilkan China pada tahun 2010 sekitar 300.000 hingga 400.000 lulusan sarjana teknik per tahunnya,” ujar Rudi.

Rudi menambahkan seiring dengan upaya pemerintah melaksanakan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tahun 2011-2025, Indonesia akan membutuhkan lebih banyak lulusan sarjana teknik yang berkualitas untuk mengantisipasi masuknya insinyur asing mengambil alih proyek infrastruktur dalam negeri.

Menurutnya, untuk mewujudkan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa saat ini.

“Dengan demikian, perlu adanya koordinasi antara perguruan tinggi dan perusahaan penyedia jasa konstruksi untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas agar mereka benar-benar siap terjun ke dunia kerja sekarang ini, jika tidak menyerap tenaga ahli lokal yang baik maka tenaga asing akan mudah masuk ke Indonesia” seru Rudi.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Gabungan Pengusaha Rancang Bangun Indonesia, Steven Budisusetija mengungkapkan tenaga ahli dari perusahaan asing berpengalaman dapat membantu pelaksana proyek jasa konstruksi nasional yang belum berpengalaman, sehingga akan memajukan industri jasa Engineering, Procurement, and Construction (EPC) nasional. “Untuk itu, dibutuhkan tata kelola yang profesional untuk membangun kerjasama yang seimbang antara para penyedia jasa nasional dan penyedia jasa asing, sehingga dapat memberi nilai tambah yang baik bagi keduanya,” ujar Steven.

Menurutnya, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang ahli bukan hanya menghitung nilai proyeknya saja, tetapi tenaga ahli yang profesional dan mempunyai sertifikasi keahlian. “Perusahaan konstruksi nasional memberdayakan tenaga ahli lokal untuk melakukan pekerjaan yang ringan, seperti rancang bangun proyek dan pengadaan nilai proyek konstruksi tersebut, sementara tenaga kerja asing diberdayakan untuk merancang design teknologi tingkat tinggi,” ujar Steven.

Steven mengungkapkan bahwa total proyek infrastruktur yang masuk ke Indonesia hingga tahun 2014 sekitar 17 proyek dengan membutuhkan dana sebesar Rp 3000 Triliun.

“Karena itu, Indonesia diharapkan masuk peringkat ke-14 dalam pengadaan infrastruktur pada tahun tersebut,” Rudi menambahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar