Rabu, 22 Juni 2011

Know Your Customer (KYC): Meningkatkan Pendapatan Perusahaan sekaligus Mematuhi Peraturan Bank Indonesia

  • Pentingnya Prinsip KYC dimasukkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009
  • Memanfaatkan integrasi KYC dan teknologi untuk meningkatkan pendapatan
Jakarta (21 Juni 2011) – SAS, pemimpin software dan layanan business analytics, dan vendor terbesar dalam pasar Business Intelligence bekerja sama dengan majalah Infobank, majalah perbankan terkemuka di Indonesia menyelenggarakan seminar bisnis dengan tema “Know Your Customer (KYC): Meningkatkan Pendapatan Perusahaan sekaligus Mematuhi Peraturan Bank Indonesia”. Para pembicara antara lain Wimboh Santoso, Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia; Theodorus Wiryawan, Chief Marketing Officer PT. Asuransi CIGNA; Lindra Panitro, Head of Business Profitability & Reporting PT ANZ Panin Bank; dan Kristianus Yulianto, Consulting and Services Manager SAS Indonesia.

Pentingnya prinsip mengenal nasabah (KYC) membuat Bank Indonesia (BI) menyusun peraturan Nomor 5/21/PBI/2003 tanggal 17 Oktober 2003 tentang prinsip mengenal nasabah yang telah dicabut dan digantikan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009 terkait dengan Penerapan   Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum. Pembuat peraturan menyadari jika bank akan selalu menghadapi risiko dalam menjalani bisnisnya. Untuk membantu bank dalam mengantisipasi risiko, dalam Bab 3 Pasal 12, disebutkan jika “bank wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan calon nasabah atau nasabah ke dalam kelompok perseorangan, perusahaan atau Beneficial Owner.”

Menurut peraturan tersebut, implementasi prinsip KYC sangat penting untuk diterapkan di bank dalam rangka mencegah pencucian uang dan pendanaan teroris; berbagai risiko seperti risiko operasional, risiko hukum, risiko konsentrasi dan risiko reputasi.

Selain itu, banyaknya kasus penipuan perbankan yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia memicu Bank Indonesia, sebagai pembuat kebijakan industri perbankan untuk mengevaluasi perbaikan internal dan peraturan bank. Salah satu fokus BI adalah memperkuat implementasi prinsip KYC karena implementasi tersebut dapat membantu perusahaan jasa keuangan dan bank untuk mengawasi nasabah yang memiliki transaksi keuangan mencurigakan.


 Memanfaatkan Data Nasabah untuk Meningkatkan Pendapatan
Pertanyaan yang sebenarnya adalah bagaimana Anda memanfaatkan prinsip KYC agar tetap mematuhi peraturan Bank Indonesia dan sekaligus meningkatkan pendapatan? Hal ini merupakan pemikiran yang masih jarang terlintas oleh tiap pelaku industri perbankan dan asuransi. Jawabannya sangatlah mudah. Bank dapat mengimplementasikan Single Customer View (SCV) yang memberikan pandangan terintegrasi tentang perilaku, kebutuhan dan risiko nasabah.
Melalui SCV, bank dapat memanfaatkan data nasabah untuk berbagai hal sekaligus mematuhi peraturan Bank Indonesia. Bank dan perusahaan Asuransi dapat menjaga hubungan nasabah secara efektif; cross-sell dan up-sell untuk layanan dan produknya; memberikan penawaran produk yang tepat; dan juga mengatur risko yang terkait dengan nasabah.
Sementara itu, pentingnya KYC untuk meningkatkan bisnis juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh BusinessWeek Research Services. Diantara para eksekutif C-level terdapat persetujuan kuat sebesar 83% yang menyatakan pentingnya penggunaan informasi untuk mendukung berkembangnya bisnis secara efektif.

Data Nasabah untuk Mendukung Prinsip KYC
Erwin Sukiato, Country Manager SAS Indonesia mengatakan, “Agar dapat meraih target pendapatan bisnis, implementasi prinsip KYC dapat di integrasikan dengan kampanye marketing. Platform terintegrasi dapat membantu para staf marketing untuk melakukan investasi langsung kepada nasabah yang memiliki kemampuan dan kecenderungan untuk memberikan keuntungan secara jangka panjang.”
“Untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan target, terdapat tiga langkah yang perlu dilakukan oleh perusahaan. Pertama, memperdalam wawasan terhadap nasabah dengan mengatur kualitas data nasabah di mana implementasi KYC menjadi salah satu solusinya. Kedua, menyusun interaksi nasabah dengan mengatur dan mengoptimalkan strategi. Ketiga, memperbaiki hasil marketing secara berkelanjutan dengan pengukuran dan pelaporan hasil.” Tambah Erwin.

Saat ini, semua bank menawarkan jenis produk yang sama dengan tingkat kualitas yang juga sama. Manfaat mengetahui nasabah secara lengkap adalah karena staf marketing tidak dapat memprediksi apa yang akan dibeli nasabah dan memaksa mereka untuk mengambil apa yang kita tawarkan jika kita tidak memiliki gambaran jelas tentang apa yang sudah mereka beli sebelumnya. Teknologi dapat memberikan solusi bagi perusahaan jasa keuangan dan perbankan dalam mengatur dan menganalisis data tersebut secara sistematis sehingga informasi lengkap tentang nasabah dapat dipergunakan untuk mengembangkan program nasabah secara lebih personal.



Tentang SAS
SAS merupakan pemimpin software dan layanan business analytics, dan vendor terbesar dalam pasar Business Intelligence. Melalui solusi inovatif dengan framework yang terintegrasi, SAS membantu pelanggan di lebih dari 50.000 tempat untuk meningkatkan performa kinerja perusahaan dan membantu proses pembuatan keputusan menjadi lebih cepat dan tepat. Sejak 1976 SAS telah memberikan kepada pelanggan di seluruh dunia kemampuan THE POWER TO KNOW®. SAS dan semua nama produk dan layanan SAS Institute Inc. merupakan merek terdaftar atau merek dagang SAS Institute Inc. di Amerika dan Negara-negara lainnya. ® menunjukkan terdaftar di Amerika. Merek dan nama produk lainnya merupakan merek dagang dari masing-masing perusahaan. Copyright © 2009 SAS Institute Inc. All rights reserved.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar