Jumat, 22 September 2017

Sambut Hari Jadi Pertambangan dan Energi Ke-72, Kementerian ESDM Gelar Pekan Pertambangan dan Energi

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyiapkan sejumlah agenda untuk menyambut peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi (PE) ke-72, yang akan jatuh pada tanggal 28 September 2017. Sesuai rencana, perhelatan yang kemudian disebut sebagai "Pekan Pertambangan dan Energi 2017" ini sudah dimulai dari pekan kedua bulan September hingga akhir bulan nanti.

"Acara Pekan Pertambangan dan Energi dalam rangka memperingati Hari Jadi PE ke-72 ini, tidak hanya melibatkan keluarga besar Kementerian ESDM, namun juga para stakeholders dan para penggiat di sektor ESDM, termasuk jurnalis dan mahasiswa," ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana saat ditemui di acara IndoEBTKE Conference and Exhibition 2017, beberapa waktu lalu.

Dengan menggandeng Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Kementerian ESDM telah menyelenggarakan IndoEBTKE Conference and Exhibition dan Bali Clean Energy Forum 2017 di Balai Kartini Jakarta, 13-15 September.

Selanjutnya, pada tanggal 18 September, Ibu Menteri Retnowati Jonan dan Ibu Wakil Menteri Paulin Tahar bersama Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian ESDM melakukan penanaman pohon di Kampus Lapangan, Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) Cisarua.

Hari ini, Jumat (22/9) Menteri ESDM Ignasius Jonan bersama para Mantan Menteri ESDM dan jajaran pejabat di lingkungan Kementerian ESDM diagendakan melakukan ziarah ke makam Arie Frederik Lasut, Pahlawan Nasional yang merupakan Bapak Pertambangan Indonesia, di Yogyakarta. Sehari setelahnya, Kementerian ESDM menggelar tatap muka dengan netizen sektor ESDM di Bandung dalam tajuk "Temu Netizen ke-7: Tambang untuk Kehidupan Manusia" yang dilanjutkan acara "Night at Museum" di Museum Geologi Bandung menyasar generasi muda untuk turut mendukung pengembangan sektor ESDM.

Pada tanggal 26-27 September, Kementerian ESDM mengadakan Pertambangan dan Energi EXPO 2017 yang menghadirkan pembicara para ahli pertambangan dan energi di Indonesia, termasuk para Mantan Menteri ESDM, dengan mengambil tema "Energi Berkeadilan untuk Kesejahteraan Rakyat dan Investasi Berkelanjutan".

Malam harinya di tanggal 27 September, akan digelar Malam Penganugerahan Penghargaan Subroto, penganugerahan tertinggi di sektor ESDM bagi Pengelola Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan Lingkungan (K3LL) Panas Bumi, Penghargaan Efisiensi Energi Nasional, Penghargaan Wartawan Energi, Penghargaan Keselamatan Migas dan Penghargaan Inovasi Energi.

"Malam Penganugerahan Penghargaan Subroto ini merupakan apresiasi Pemerintah kepada masyarakat baik individu, golongan maupun instansi, termasuk jurnalis atas kepedulian dalam memajukan sektor ESDM," jelas Dadan.

Sementara itu, puncak acara peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi ditandai melalui penyelenggaraan upacara peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-72 pada Kamis, 28 September di Kantor Kementerian ESDM yang akan dilanjutkan dengan acara donor darah, pembagian santunan dan kegiatan kebersamaan.

"Pekan PE 2017 akan ditutup dengan kegiatan pameran dan seminar Hari Listrik Nasional 2017 yang berlangsung sejak tanggal 28 dan berakhir pada 30 September nanti," pungkas Dadan.

Sejarah Hari Jadi Pertambangan dan Energi
Setelah tersiarnya kabar kemerdekaan 17 Agustus 1945 lewat radio, pada tanggal 25 September 1945 dikeluarkan pengumuman dari Pemerintah Pusat yang menyatakan bahwa semua pegawai negeri adalah pegawai Republik Indonesia dan wajib menjalankan perintah dari Pemerintah Republik Indonesia.

Mengacu perintah tersebut, pada tanggal 27 September 1945 malam, Komite Nasional Indonesia Kota Bandung yang baru terbentuk, mengumumkan lewat radio agar keesokan harinya semua kantor dan perusahaan yang ada di Bandung diambil alih dari kekuasaan Jepang.

Hari Jumat tanggal 28 September 1945, pukul 11.00 WIB sekelompok pegawai muda di kantor Chisitsu Chosasho (Jawatan Geologi) pun mengambil tindakan berani. Dipelopori oleh Raden Ali Tirtosoewirjo, Arie Federik Lasut (A.F. Lasut), R. Soenoe Soemosoesastro dan Sjamsoe M. Bahroem, mereka mengambil alih secara paksa kantor Chisitsu Chosasho dari pihak Jepang, dan sejak saat itu nama kantor diubah menjadi Pusat Jawatan Tambang dan Geologi dan A.F. Lasut ditunjuk sebagai Kepala Jawatan Tambang dan Geologi Indonesia Pertama. Untuk menghindari agresi Belanda, Kantor Jawatan terpaksa berpindah ke Tasikmalaya, Magelang dan Yogyakarta.

Saat pasukan Belanda kembali ke Indonesia, A.F. Lasut adalah pemuda yang tegas dan menolak kerjasama dengan Belanda. Pada pagi hari tanggal 7 Mei 1949 di Yogyakarta, A.F. diculik oleh segerombolan pasukan Belanda dari kediamannya di Pugeran, dibawa dengan jip ke arah Kaliurang, dan kemudian ditembak mati di daerah Sekip, yang sekarang masuk lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada. 

Atas jasa-jasanya, A.F. Lasut kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 012/TK/Tahun 1969 tanggal 20 Mei 1969. Dengan ditetapkannya A.F. Lasut sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, maka memperkuat landasan bahwa pengambilalihan kantor Chisitsu Chosasho (Jawatan Geologi) pada tanggal 28 September 1945 merupakan peristiwa heroik yang penting bagi sektor pertambangan dan energi.

Pada tanggal yang sama dengan kejadian pengambilalihan Chisitsu Chosasho di Bandung, pada hari yang sama 28 September 1945, juga terjadi pengambilalihan kantor Jawa Denki Koza (Perusahaan Listrik Jawa) secara paksa oleh para pemuda.

Berangkat dari dua peristiwa besar sejarah bangsa di bidang pertambangan dan energi ini, pada tanggal 27 September 2008 Pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang Hari Jadi Pertambangan dan Energi, menetapkan tanggal 28 September Sebagai Hari Jadi Pertambangan dan Energi.