Kementerian Perindustrian terus aktif mengajak para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) didalam
negeri untuk dapat memanfaatkan program e-Smart IKM. Program yang
dikembangkan mulai tahun 2017 tersebut diyakini mampu membuka akses
perluasan pasar bagi produk-produk nasional sehinggaakan lebih dikenal konsumen dan mudah melakukan transaksi.
“Dengan e-Smart IKM, diharapkan produk-produk asli Indonesia yang berkualitas akan membanjiri pasar perdagangan online,” kata Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin Ratna Utarianingrum di sela kegiatan Workshop e-Smart IKM di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (13/9).
Menurut Ratna, kegiatan workshop yang terlaksana pada tanggal 12-13 September 2017 ini bertujuan untuk menyosialisasikan program e-Smart IKM serta berbagai kebijakan dan fasilitasi Kemenperinyang selama ini dilakukan dalam memacuproduktivitas dan daya saig IKM di seluruh Tanah Air. “Sasaran utama kami adalah meningkatkan kemampuan para pelaku IKM lokal dalam berbisnis melalui sarana e-Commerce,” tuturnya.
Ratna mengungkapkan, berdasarkan penelitian Deloitte Access Economics, bahwa pemanfaatan teknologi digital dapat memberikan keuntungan signifikan bagi para pelaku IKM, diantaranya kenaikan pendapatan hingga 80 persen dan 17 kali lipat menjadi lebih inovatif.
“Peserta workshop e-Smart IKM yang dilaksanakan ini sebanyak 50 IKM, antara lain penghasil produk jamu, kosmetik, gitar, lurik, sarung goyor dan tatah sungging. Mereka semuanya berasal dari Kabupaten Sukoharjo,” paparnya.
Dirjen
IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih menjelaskan, penerapan e-Smart IKM
juga bermanfaat bagi pemerintah dalam mengumpulkan database pelaku IKM
yang valid di seluruh Indonesia. “Untuk itu, kami mengimbau agar mereka terus mengupdate data produk maupun penjualan yang dilakukan melalui online market,” tegasnya.
Lebih lanjut, menurut Gati, pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap data respon pasar daripara pelaku usaha yang masuk program e-Smart IKM sebagai bahan analisa untuk penyusunan kebijakan dalam pembinaan IKM kedepannya. “Program e-Smart IKM diharapkan pula bisa menjadi one stop service bagi pengembangan IKM lokal,” imbuhnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Sukoharjo Bahtiyar Zunan mengatakan, industri di Sukoharjocukup banyak baik dalam skala kecil, menengah maupun besar. “Adanya
program e-Smart IKM dari Kemenperin ini sangat bagus dalam membantu
dalam pengembangan daya saing IKM di Sukoharjo, termasuk mengenalkan
produk-produk khas Sukoharjo di pasar nasional dan internasional melalui
online,” ujarnya.
Jaga kepercayaan konsumen
Pada
kesempatan tersebut, Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih
menambahkan, pelaku IKM dalam negeri agar tetap memberikan kualitas yang
terbaik pada hasil produknya untuk menjaga kepercayaan konsumen,
terutama jika dipasarkan melalui online.
"Beli
barang di online kan bagus di mata, tetapi kualitas tidak terlihat.
Kalau sudah menjadi pemain di e-commerce, mereka harus menjaga
kepercayaan pasar,” ujarnya. Apalagi, saat ini banyak produk asing yang
beredar di pasar digital Tanah Air, sehingga produk lokal harus lebih
berdaya saing tinggi.
Oleh
sebab itu, lanjut Gati, Kemenperin telah melakukan berbagai upaya untuk
pengembangan IKM nasional agar mampu bersaing di tengah kompetisi
global yang semakin ketat. “Langkah strategis tersebut, antara lain
melalui peningkatan kompetensi sumber daya manusia industri,
pengembangan kualitas produk, standardisasi, serta fasilitasi mesin dan
peralatan produksi,” paparnya.
Gati
mencontohkan, pelaksanaan restrukturisasi mesin dan peralatan guna
meningkatkan kapasitas produksi dan penggunaan teknologi terbaru bagi
pelaku IKM. Program ini diterapkan melalui skema pemberian potongan
harga sebesar 25-30 persen. “Sedangkan untuk mendapatkan akses
permodalan, pelaku IKM juga didorong agar memanfaatkan berbagai
fasilitas pembiayaan seperti KUR, LPEI dan insentif lain,” imbuhnya.
Gati optimistis pelaku IKM Sukoharjo memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi yang signifikandalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Tenaga KerjaKabupaten Sukoharjo, jumlah IKM sebanyak 17.111 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerjamencapai 156.419 orang pada tahun 2012-2016.
Sementara
itu, nilai investasi IKM Sukoharjo mencapai Rp2,5 triliun dengan nilai
produksi lebih dari Rp9 triliun. Sedangkan, realisasi ekspornya sebesar
USD252 juta.
“Pemerintah terus menciptakan iklim usaha yang kondusif, termasuk untuk pelaku IKM,” ujarnya. Hal ini didasarkan karena IKM
merupakan salah satu tulang punggung ekonomi nasional yang diharapkan
dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat secara luas. Selain itu,
IKM merupakan sektor industri padat karya dan telah memasok kebutuhan
pasar domestik.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, semakin banyak IKM dalam negeri yangtelah berhasil menembus pasar ekspor atau terkait secara integral dengan industri besar. “Kami memintakepada pemerintah daerah terus menggiatkan partisipasi masyarakat dalam mendorong pengembanganIKM,” tuturnya.
Kemenperin
mencatat, jumlah IKM tumbuh mencapai 165.983 unit pada tahun 2016 atau
meningkat 4,5 persen dibandingkan tahun 2015. Sementara pada 2017,
jumlah IKM ditargetkan mencapai 182.000 unit dengan menyerap tenaga
kerja sebanyak 400.000 orang.
Dengan
berbagai program strategis tersebut, Kemenperin akan mendorong
penumbuhan wirausaha baru sebanyak 5.000 unit dan pengembangan 1.200
sentra IKM pada 2017. Pada 2019, ditargetkan akan mencapai 20.000
wirausaha baru.
Di samping itu, IKM
terus meningkatkan nilai tambah di dalam negeri yang cukup signifikan
setiap tahun. Ini terlihat dari capaian pada 2016 sebesar Rp520 triliun
atau meningkat 18,3 persen dibandingkan pada 2015. Sedangkan, nilai
tambah IKM pada 2014 tahun sekitar Rp373 triliun menjadi Rp439 triliun
pada 2015 atau naik 17,6 persen.