Selasa, 07 November 2017

Tumbuh 9,46 Persen, Industri Mamin Kontributor Terbesar PDB Manufaktur

Kinerja industri makanan dan minuman (mamin) setiap tahun cukup tinggi dengan rata-rata di atas pertumbuhan sektor manufaktur.Pada triwulan III tahun 2017, pertumbuhan industri mamin sebesar 9,46 persen atau naik dibanding capaian di triwulan II/2017 sekitar 7,19 persen.

“Sektor ini juga berperan penting dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri nonmigas,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada kunjungan kerja di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., Sragen, Jawa Tengah, Selasa (7/11).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,industri mamin mampu menyumbangkan PDB industri nonmigas pada triwulan III/2017 sebesar 34,95 persen atau tertinggi dibanding sektor lainnya, seperti industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrikdengan kontribusi 10,46 persen, serta industri alat angkutan10,11 persen.

Menurut Menperin, industri mamin merupakan salah satu sektoryang strategis dan masih mempunyai prospek cukup cerah untuk ditumbuh kembangkan di Indonesia. “Industri ini turut mendorong produksi sektor pertanian melalui pengolahan dan penyerapan bahan bakunya serta mampu membuka lapangan kerja yang banyak,” paparnya.

Kementerian Perindustrian mencatat, kontribusi tenaga kerja sektor industri didominasi oleh industri makanan sebanyak 3.316.186 orang atau sebesar 21,34 persen. Sementara itu, pada periode Januari-September 2017, nilai investasi industri mamin mencapai Rp27,9 triliun untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN), sedangkan nilai investasi untuk penanaman modal asing (PMA) sebesar USD1,4 miliar.

“Kami tengah memacu pengembangan inovasi dan penerapan standar keamanan produk di industri mamin nasional agar lebih berdaya saing di kancah global sehingga akan mendorong perluasan pasar ekspor,” ungkap Airlangga. Pada periodeJanuari-September 2017, nilai ekspor produk mamin termasuk minyak kelapa sawit mencapai USD23,3miliar, yang membuat neraca perdagangan menjadi positif.

Namun demikian, Menperin juga menyampaikan, guna mendongkrak kinerja industri mamin semakin gemilang, perlunya memanfaatkan potensi pasar dalam negeri. “Indonesia dengan memiliki jumlah penduduk sebanyak 258,7 juta orang, menjadi pangsa pasar yang sangat menjanjikan,” tuturnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, proses hilirisasi meningkat bagus karena investasi di sektor ini lebih cepat. Selain itu, sat ini sudah mulai tumbuh beberapa industri intermediate seperti industri ekstraksi dan industri bahan tambahan pangan. “Industri ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku,” ujarnya.

Adhi menyebutkan, hingga kini anggota GAPMMI telah terdapat empat kelompok sektor. Pertama, industri pengolahan mamin baik skala besar maupun kecil dan menengah. Kedua, industri penunjang (supplier). Ketiga, importir atau eksportir produk pangan (bahan baku pangan). Keempat, distributor atau peritel.

Peningkatan mutu dan SDM :
Selain mendorong penciptaan iklim investasi yang kondusif,Kementerian Perindustrian juga berperan aktif dalam peningkatan mutu produk dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Industri yang bertujuan untuk menggenjot pertumbuhan industri mamin.

“Dalam rangka penyiapan SDM industri yang andal, Kemenperintelah melaksanakan berbagai program melalui penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan, termasuk juga pengembangan pendidikan vokasi.Sehingga kami berharap, tenaga kerja kita lebih terampil dan profesional sesuai kebutuhan dunia industri,” papar Airlangga.

Menperin mengungkapkan, industri mamin di Tanah Air cukup banyak dan tidak hanya meliputi perusahaan skala besar, tetapi telah menjangkau di tingkat kabupaten untuk kelas industri kecil dan menengah (IKM). Bahkan, sebagian besar dari mereka sudah ada yang go international.

Untuk itu, Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. yang telah menjadi perusahaan kebanggaan nasional dan mampu memanfaatkan peluang usaha melalui investasi. Pabrik ini memproduksi beragam makanan olahan seperti mi, bihun, wafer, biskuit dan permen dengan total kapasitas 78.700 ton per tahun.

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yang didirikan sejak tahun 1990 ini telah menanamkan total investasi sebesar Rp9,2 triliun dan mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 12 ribu orang dan terus berkomitmen untuk menghasilkan produk bermutu tinggi. “Kami menyambut baik atas usaha PT. Tiga Pilar Sejahtera yang selalu berkomitmen dan berinovasi secara berkelanjutan, sehingga kontribusinya signifikan terhadap pertumbuhan industri mamin nasional,” ucap Menteri Airlangga.

Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengemukakan, guna mememenuhi aspek produk yang aman, bergizi dan bermutu, pihaknya telah mendorong penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Food Hygiene, Food Safety, Food Sanitation, serta Standar Pangan Internasional (CODEX Alimentarius).

“Standardisasi tersebut menjamin perusahaan menerapkan cara pengolahan dan sistem manajemen keamanan pangan yang baik mulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan, pengemasan, serta distribusi dan perdagangannya. Hal ini tentunya memperkuat daya saing industri mamin,” jelasnya

Dalam menghadapi persaingan tingkat global, Indonesia saat ini telah berpartisipasi aktif di dalam forum Codex Alimentarius Commission yang bertujuan untuk membahas standar mutu dan keamanan pangan dunia yang terkait dengan kepentingan industri. “Dalam proses integrasi ASEAN Economic Community pada tahun ini, industri mamin merupakan salah satu sektor yang akan dipercepat pelaksanaannya,” ujar Panggah.