Sejumlah
produsen otomotif di Indonesia telah siap memproduksi kendaraan listrik
untuk memenuhi kebutuhan konsumen serta mengikuti tren masa depan. Hal
ini sesuai dengan peta jalan yang disusun Kementerian Perindustrian
dalam pengembangan industri otomotif nasional, di mana salah satunya
fokus mendorong produksi kendaraan beremisi karbon rendah atau low carbon emission vehicle (LCEV).
“Pengembangan teknologi hybrid atau electric vehicle pada kendaraan ini diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sekaligus juga mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM),” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika acara Test Drive Mobil Listrik Nissan Note e-POWER di ICE BSD City, Tangerang, Banten, Senin (13/11).
Menperin
menjelaskan, diversifikasi BBM ke arah bahan bakar gas, bahan bakar
nabati, atau tenaga listrik sebagai jawaban atas kebutuhan energi di
sektor transportasi. Produksi dan penggunaan bahan bakar alternatif ini
secara langsung dapat pula menghasilkan aktivitas dan manfaat ekonomi
yang inklusif, terutama di daerah yang kaya akan sumber energi tersebut.
“Tentunya
produksi kendaraan dengan jenis bahan bakar atau penggerak yang lebih
ramah lingkungan, menjadi tujuan ke depannya dari pemerintah dan
diharapkan dapat dikembangkan industri otomotif dalam negeri,” paparnya.
Airlangga
menyatakan, pemerintah menargetkan pada tahun 2025 sekitar 25 persen
atau 400 ribu unit kendaraan LCEV sudah masuk pasar Indonesia. “Dalam roadmap yang kami kembangkan, LCEV didorong melalui berbagai tahapan,” tuturnya.
Kendaraan hybrid
menjadi salah satu tahapannya, karena saat ini infrastruktur untuk
stasiun pengisi tenaga listrik belum tersedia. Mobil ini bisa
menggunakan dua sumber energi, BBM dan listrik. Untuk itu, produsen
perlu lebih memperkenalkan kepada konsumen terhadap teknologi yang
diterapkannya.
Dirjen
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) I
Gusti Putu Suryawirawan mengungkapkan, Indonesia merupakan pasar
otomotif terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 2016, industri otomotif
dalam negeri memproduksi sebanyak 1,1 juta unit mobil.
“Aktivitas
usaha sektor otomotif mulai dari sektor hulu yang meliputi industri
bahan baku dan industri perakitan kendaraan bermotor hingga sektor hilir
seperti jasa purna jual dan pembiayaan, sangat besar kontribusinya
terhadap perekonomian nasional,” tegasnya. Oleh karena itu, industri
otomotif menjadi salah satu sektor yang diprioritaskan pengembangannya
sesuai Kebijakan Industri Nasional.
Menurut
Putu, dengan kapasitas produksi nasional sebesar 2,2 juta unit mobil
per tahun, industri otomotif dalam negeri perlu memaksimalkan potensi
tersebut agar memiliki daya saing yang lebih tinggi. Potensi kapasitas
produksi ini dapat dimaksimalkan untuk pengembangan produksi kendaraan
LCEV serta menggunakan platform yang memenuhi kebutuhan domestik sekaligus permintaan pasar ekspor ke seluruh dunia
“Peningkatan
pada utilisasi kapasitas produksi industri dalam negeri, investasi baru
dan perluasan, transfer teknologi, penyerapan tenaga kerja, serta
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) merupakan tujuan yang harus kita
wujudkan bersama,” ujarnya.
Insentif fiskal
Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, yang terpenting bagi
produsen otomotif nasional saat ini dalam upaya mempercepat pengembangan
dan komersialisasi kendaraan listrik adalah pemberian insentif fiskal.
Selain diyakini mampu memacu daya saing produksi lokal di kancah
internasional, insentif fiskal ini diharapkan dapat pula membuat harga
jual bisa terjangkau oleh kosumen di Indonesia.
“Sekarang
para manufaktur sudah punya teknologinya, tinggal diberi insentif.
Kalau tanpa insentif, harga mobil listrik bisa lebih mahal 30 persen
daripada mobil biasa, karena menggunakan dua engine,” jelasnya.
Menurut
Airlangga, pihaknya telah melakukan koordinasi dan pembahasan dengan
Kementerian Keuangan terkait pemberian fasilitas insentif tersebut.
“Kami berharap bisa segera diselesaikan hingga akhir tahun ini,”
ujarnya.
Insentif
ini dapat diberikan secara bertahap disesuaikan dengan komitmen
pendalaman manufaktur yang telah diterapkan di beberapa sektor industri.
“Misalnya, insentif diberikan karena membangun pusat penelitian dan
pengembangan untuk komponen motor listrik, baterai, dan power control unit, serta peningkatan penggunaan komponen lokal,” sebut Airlangga.
Oleh
karena itu, Kemenperin mendorong agar produsen otomotif di Indonesia
aktif melakukan riset dalam pengembangan energi alternatif bagi
kendaraan. Misalnya, pemanfaatan pada minyak kelapa sawit dan rumput
laut. “Penggunaan bahan bakar biofuel itu menjadi salah satu riset yang
harus dilakukan. Apalagi, Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di
dunia,” imbuhnya.
Airlangga
mencontohkan, di Jepang sudah dijual kendaraan yang berbasis tenaga
hidrogen. Teknologi ini semestinya pun bisa diterapkan di Indonesia
karena sektor manufaktur di dalam negeri, seperti pabrik pupuk sudah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan gas hidrogen melalui proses
gasifikasi batubara. “Kendaraan Ini emisinya juga hampir nol, buangannya
dalam bentuk H2O atau air,” ucapnya.
Menperin memberikan apresiasinya kepada PT Nissan Motor Indonesia yang telah mengembangkan mobil listrik Nissan Note e-POWER. Bahkan, Airlangga sempat melakukan test drive mobil tersebut. “Tenaganya powerful karena engine full electric vehicle (EV).
Tadi coba sampai kecepatan 80 km/jam. Kalau dari sisi otomotifnya
sudah layak, apalagi dengan EV yang emisinya lebih rendah tentu
pemerintah akan dukung,” paparnya.
President
Director PT Nissan Motor Indonesia Eiichi Koito mengatakan, sistem
penggerak motor listrik atau e-POWER dari Nissan merupakan solusi
inovatif untuk mulai memperkenalkan kendaraan bertenaga listrik di
Indonesia.
“Nissan
menciptakan standar baru dalam pasar kendaraan zero emission melalui
kehadiran Nissan LEAF. Teknologi e-POWER akan menjadi jembatan ideal
dalam perubahan penggunaan mobil berbahan bakar bensin dan solar menjadi
kendaraan listrik seutuhnya. Ini untuk mendukung rencana pemerintah
Indonesia terkait elektrifikasi,” terangnya.
Koito menuturkan e-POWER pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 2016. “Sistem penggerak elektriknya diadaptasi dari teknologi Nissan LEAF, yang merupakan kendaraan listrik terlaris di dunia,”jelasnya.