Kamis, 16 November 2017

Indosat Ooredoo Tempo Economic Digital Briefing 2017 Mendorong Pertumbuhan Eksponensial Ekonomi Digital di 2018

Jakarta, 16 November 2017 – Ekonomi digital saat ini semakin mewarnai perekonomian Indonesia. Langkah pemerintah untuk menyambut ekonomi digital ini tampak begitu serius. Pada Agustus 2017, peta perjalanan e-commerce dikeluarkan melalui Paket Kebijakan Ekonomi XIV. Potensi inilah yang mendorong Indosat Ooredoo bekerjasama dengan TEMPO menyelenggarakan Digital Economic Briefing dengan mengangkat tema “Menuju Visi 2020: Mendorong Pertumbuhan Eksponensial Ekonomi Digital di 2018”. Penyelenggaraan Indosat Ooredoo Tempo Economic Digital Briefing ini merupakan bagian dari komitmen Indosat Ooredoo pada ulang tahunnya yang ke-50, untuk terus mendukung pemerintah mewujudkan masyarakat ekonomi digital Indonesia.

Visi menjadi digital nation pada 2020, 1000 Startup dengan valuasi bisnis USD 10 miliar, pertumbuhan 50 e-commerce per tahun dan nilai transaksi USD 130 miliar menjadi target pemerintah. Target ini memerlukan effort yang lebih di tahun 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Tidak hanya pada e-commerce tetapi juga aplikasi dan mode digital lainnya yang berbasis kreativitas.

“Saya percaya saat ini kita di masa krusial. Sebagai bangsa yang ingin keluar dari sekadar sumber daya alam dan perlambatan di sektor manufaktur, saat ini kita harus masuk ke arena digital,” kata Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Darmin memandang digital tidak hanya dari sisi kecepatan saja tetapi juga kemampuan kita untuk beradaptasi yang disebabkan oleh kemajuan digital. Tiga tahun terakhir, lanjut Darmin, penetrasi ekonomi digital mulai masuk dalam perekonomian nasional. “Perdagangan dan retail biasanya tumbuh 12,5% per tahun tapi tahun ini turun jadi 10,5% per tahun. Sedangkan retail melalui e-commerce tiga tahun terakhir tumbuh tiga puluh kali lipat,” kata Darmin saat menjadi pembicara kunci dalam Digital Economic Briefing 2017 di Jakarta (16 November 2017).

Dalam diskusi sesi pertama, terciptanya unicorn start up baru menjadi salah satu target dalam mewujudkan digital nation. Unicorn adalah start up dengan valuasi lebih dari USD 1 milyar. “Kami mendorong terciptanya Unicorn baru dengan enam rangkaian tahapan mulai ignitation, workshop, hackathon, bootcamp, hingga incubation,” kata Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Menurutnya perlu perubahan pemikiran dan perubahan untuk berpaling dari zona nyaman agar entrepreneur digital itu bisa berkembang pesat. “Kami siapkan sarana untuk start up bertemu dengan venture capital dari berbagai negara,” tambah Rudiantara.

“Peningkatan kualitas jaringan dan infrastruktur digital serta pemerataan digital adalah kunci untuk mewujudkan visi digital nation yang dicanangkan pemerintah,” kata Joy Wahyudi, President Director & CEO Indosat Ooredoo. “Kami terus berupaya menjadi pelopor dalam membangkitkan visi digital melalui banyak kegiatan seperti Indonesia Ooredoo Wireless Innovation Contest (IWIC) hingga inkubasi bisnis start up untuk membentuk ekosistem digital yang berkelanjutan. Kami juga terus mendorong berbagai upaya pemerataan akses digital dan menjembatani literasi digital ke berbagai wilayah di Indonesia.”

Sementara menurut Toriq Hadad, Presiden Direktur Tempo Media Grup, fenomena digitalisasi adalah keniscayaan yang harus dihadapi oleh semua industri. ”Lihat saja bagaimana Alibaba dalam semalam bisa membukukan penjualan seperenam dari APBN kita,” kata Toriq. Ini artinya, siap atau tidak Indonesia juga akan terkena gelombang digitalisasi di semua aspek kehidupan.

Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif dalam kesempatan diskusi tersebut mengatakan bahwa pihaknya mendukung terciptanya ekosistem pada aplikasi digital dan ekonomi kreatif lainnya. “Bekraf mengadakan developer day di 15 kota yang menjaring 11 ribu peserta. Ada 1300 produk digital yang dihasilkan,” katanya. Ekosistem, menurut Triawan, menjadi sangat penting karena disinilah kemampuan perusahaan rintisan dapat berjuang untuk menjadi besar. Ia mencontohkan bagaimana sekarang industri film nasional sudah beranjak naik karena di gedung bioskop Indonesia 40% film yang diputar adalah film nasional. “Return bagi investornya juga menarik bisa sampai 14%,” kata Triawan. Meski investor start up digital masih berkutat di angka return investasi 7% tetapi dengan skala yang besar, industri aplikasi digital bisa tumbuh luar biasa.

Pada sesi diskusi kedua, rektor UPH (Universitas Pelita Harapan) sekaligus mantan dirut Indosat era 1990-an, Jonathan L. Parapak menyoroti mengenai kesiapan sumber daya manusia terutama untuk menjadi entrepreneur. “Ini salah satu pekerjaan besar bagi kita termasuk ketika gelombang digital menerpa kita saat ini,” tambahnya. Perlu dukungan dari semua pihak agar talenta muda yang dihasilkan dapat berperan di industri baru ini.

Senada dengan pendapat Jonathan L. Parapak, menurut Achmad Zaky, founder Bukalapak yang kini jadi Unicorn baru, pihaknya kesulitan mendapatkan talenta baru. “Saya bahkan berani bilang kita darurat talent, karena akhirnya harus berpaling ke negara lain,” katanya. Padahal dengan potensi yang demikian besar, seharusnya revolusi gelombang keempat yang dihasilkan dari dunia digital bisa membawa Indonesia melangkah jauh lebih maju. Bahkan kalau perlu diarahkan dari pendidikan dasar untuk menjadi seorang programmer sehingga 15-20 tahun mendatang talenta yang memiliki kemampuan programming semakin melimpah. “Di saat itu Indonesia bisa memanfaatkan gelombang keempat revolusi dunia, bukan jadi penonton saja,” tambah Zaky.

Deva Rachman, Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo mengatakan forum ini dirancang dalam rangka ulang tahun ke 50 Indosat Ooredoo. “Usia ke 50 adalah angka yang penting yang menggambarkan perjalanan perusahaan kami menjadi perusahaan digital terdepan di Indonesia. Kami sadar, peran kami untuk mendukung program pemerintah yang akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang ini.” Deva menambahkan bahwa menyambut baik dukungan pemerintah terhadap langkah Indosat Ooreoo untuk kegiatan ini dan berharap dapat terus bekerjasama untuk mewujudkan visi ekonomi digital pemerintah 2020.


Tentang Indosat Ooredoo
Indosat Ooredoo (IDX: ISAT), bagian dari Ooredoo Group, adalah perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia yang memberikan akses dan konektivitas kepada setiap orang dan bisnis. Berfokus pada human growth, Indosat Ooredoo ingin meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik melalui dunia digital.

Pada kuartal III tahun 2017, Indosat Ooredoo memiliki 97 juta pelanggan dan mencatatkan peningkatan trafik data sebesar 146,9% dibandingkan kuartal III tahun 2016. Didukung oleh lebih dari 4000 orang pegawai, Indosat Ooredoo berhasil mencapai pertumbuhan pendapatan data sebesar 38,7% terhadap periode yang sama tahun sebelumnya. Indosat Ooredoo menerima penghargaan sebagai Most Innovative Company of the Year tahun 2015 dari Asia Pacific Stevie Awards.

Tentang Ooredoo
Ooredoo adalah sebuah perusahaan komunikasi internasional yang beroperasi di Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia Tenggara. Melayani konsumen dan bisnis di 10 negara, Ooredoo memberikan pengalaman data terdepan melalui berbagai konten dan layanan yang canggih, jaringan seluler dan data fixed-sentris.
Ooredoo melayani 138 juta pelanggan dan membukukan pendapatan USD 8,9 miliar pada tanggal 31 Desember 2016. Sahamnya tercatat di Bursa Efek Qatar dan Abu Dhabi Securities Exchange.