Jumat, 06 Februari 2015

PAVILIUN NASIONAL INDONESIA - Pameran Seni Rupa Internasional ke-56 La Biennale di Venezia



Jakarta 6 Februari 2015,..Paviliun Nasional Indonesia akan hadir kembali dalam Pameran Seni Rupa Internasional La Biennale di Venezia ke-56. Pameran ini akan berlangsung pada 9 Mei-22 November 2015. La Biennale di Venezia yang sudah diadakan sejak 1895 adalah ajang seni rupa kontemporer terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Banyak seniman besar dunia yang pernah mengikuti bienial yang dianggap sebagai penghela kecenderungan masa depan seni rupa ini. 

Seperti pada 2013, Paviliun Nasional kita akan menempati salah satu ruang di Arsenale, bekas galangan kapal yang menjadi salah satu dari dua venue utama pameran selain Giardini. Kehadiran dua kali berturut-turut tak pelak menegaskan kesungguhan dunia seni rupa kontemporer Indonesia berbicara dalam percakapan seni internasional. Terlebih, Paviliun Nasional yang mengusung tema Sakti pada 2013 yang lalu berhasil masuk sepuluh besar pengunjung terbanyak.

Pada La Biennale ke-56 ini, yang bertindak selaku direktur artistik adalah Okwui Enwezor, seorang kurator, kritikus seni, dan penulis kelahiran Nigeria pada 1963. Sejak 2011, ia menjabat Direktur Haus der Kunst di Muenchen, Jerman. Tema yang disodorkannya adalah All the World’s Futures, sebuah ajakan kepada semua yang terlibat menghadirkan penafsiran baru mengenai hubungan antara seniman dan situasi termutakhir dalam banyak hal. 

Untuk tahun ini, Indonesia membawa seniman Heri Dono yang menghadirkan Voyage, karya yang menggabungkan patung, instalasi, dan video. Heri yang lahir di Jakarta pada 12 Juni 1960 adalah salah seorang seniman kontemporer terkemuka Indonesia. Namanya mulai dikenal pada akhir 1990-an berkat karya-karya instalasinya yang banyak mengambil wayang sebagai sumber inspirasinya. Heri sudah banyak berpameran di berbagai ajang dan galeri penting dunia, salah satunya adalah La Biennale di Venezia pada 2003. Pada waktu itu, ia diundang untuk ikut berpameran oleh direktur artistik saat itu. 

Melalui Voyage, Heri mencatat pergerakan dan tanda-tanda yang ditemui sepanjang sejarah peradaban manusia dan bagaimana mereka mempengaruhi orang-orang di sebuah kawasan kepulauan di garis khatulistiwa yang kemudian menjadi Indonesia. Voyage, yang antara lain menghadirkan instalasi Trokomod (atau Trojan Komodo), mengajak kita memikirkan ulang hubungan antara globalisasi dan budaya lokal, termasuk sumber-sumber sejarah, sosial, politik, dan mistiknya dan bagaimana semua itu menjadi faktor penting saat kita ingin melihat di mana posisi Indonesia maupun ia sendiri sebagai seniman dalam perjalanan budaya dan peradaban dunia selama ini. Voyage adalah “serangan balik”, Timur tak lagi obyek tetapi juga subyek yang punya suara penting dalam percaturan global. 

Seperti halnya 2013 yang lalu, Paviliun Nasional tahun ini juga diproduksi oleh Bumi Purnati Indonesia yang didukung oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Paviliun Nasional Indonesia dipimpin oleh Sapta Nirwandar sebagai komisaris dan Soedarmadji Damais sebagai wakil komisaris. 

Sebagai produser dan direktur artistik, Restu Kusumaningrum dari Bumi Purnati bertanggung jawab atas tiga hal: artistik, logistik, dan finansial. Untuk artistik, Restu bekerja bersama dengan dewan penasihat artistik yang beranggotakan Carla Bianpoen (penulis dan kritikus seni) dan Asmudjo Jono Irianto (dosen, kurator, serta seniman).
Hadirnya Paviliun Nasional tak lepas dari dukungan nyata dari para sponsor dan Friends of Venice Biennale.

Bisa mengunjungi : www.indonesiavenice.com