Jakarta, 27 Mei 2025
Di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global, antara lain disebabkan oleh fragmentasi geoekonomi, lonjakan harga akibat ketegangan geopolitik, serta kebijakan proteksionisme pemerintahan baru AS pasca Presiden Trump mengumumkan kebijakan tarifnya, perekonomian Indonesia tetap tumbuh kuat sebesar 4,87% (yoy) pada Q1-2025. Hal tersebut didukung oleh realisasi inflasi yang terjaga rendah dan stabil pada rentang target sasaran nasional 2,5±1%, yaitu sebesar 1,95% (yoy) pada April 2025.
Dalam rangka mengantisipasi berbagai tantangan yang muncul, Pemerintah melakukan perumusan strategi dan langkah konkret melalui Rapat Koordinasi TPIP-TPID Wilayah Bali - Nusa Tenggara (BaliNusra) yang diselenggarakan pada tanggal 23 Mei 2025 di Bali. Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia melihat pentingnya sinergi dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk menjaga stabilitas inflasi pangan sesuai dengan kesepakatan HLM ТРІР 2025 pada kisaran 3,0-5,0%.
"Di tengah berbagai tantangan saat ini, penting untuk menjaga inflasi volatile food tetap terkendali. Upaya menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga perlu dilakukan melalui perluasan KAD, peningkatan peran BUMD sebagai offtaker dan juga optimalisasi Sistem Resi Gudang. Pengendalian inflasi juga perlu memperhatikan daya beli masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” ungkap Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Ferry Irawan dalam rapat koordinasi tersebut.
Tingkat inflasi April 2025 dipengaruhi oleh normalisasi tarif listrik pasca berakhirnya program diskon tarif sebesar 50%, meningkatnya harga sejumlah komoditas pangan dan kenaikan harga emas perhiasan. Pemerintah terus berkomitmen untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat diikuti tingkat inflasi yang stabil dan terkendali dengan menjalankan bauran kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil yang didukung strategi kebijakan 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Tingkat inflasi di Indonesia utamanya dipengaruhi oleh komponen harga bergejolak (volatile food) sehingga pengendalian inflasi pangan menjadi sangat penting. Namun demikian, pengendalian inflasi pangan mempunyai sejumlah tantangan, seperti meningkatnya alih fungsi lahan pertanian, dinamika cuaca ekstrim, regenerasi petani, rendahnya akses pembiayaan petani dan nelayan, serta belum terintegrasinya data pangan secara menyeluruh.
Pada Rapat Koordinasi tersebut disepakati beberapa langkah strategis yang akan dilakukan ke depan untuk pengendalian inflasi pangan, di antaranya yakni penguatan implementasi kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B), peningkatan partisipasi generasi muda (petani milenial), peningkatan produktivitas pertanian melalui fasilitas pembiayaan KUR Alsintan, peningkatan kapasitas BUMD/BUMDes, optimalisasi pelabuhan dan pelayaran perintis antar pulau, serta mendorong integrasi data pangan seluruh provinsi se-Bali-Nusra.
Lebih lanjut, pada hari yang sama, dilaksanakan kunjungan ke salah satu pelaku usaha yang memanfaatkan pembiayaan Kredit Alsintan, yaitu PT Sari Galih Mesari di Kabupaten Bangli. Usaha debitur bergerak di bidang Industri Penggilingan Padi dan Penyosohan Beras yang pada awalnya menggunakan mesin Rice Milling Unit (RMU) sederhana. Melalui Kredit Alsintan, debitur dapat membeli mesin RMU lengkap sehingga dapat memproduksi lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat tanpa terkendala cuaca, juga dapat memproduksi beras premium yang memiliki harga jual lebih tinggi. Rencana debitur ke depannya yaitu melakukan kerja sama dengan Bulog dan kelompok tani di area sekitar.
PT Sari Galih Mesari ini menjadi salah satu contoh pemanfaatan dukungan pembiayaan dalam peningkatan produktivitas pertanian. Hal ini sejalan dengan langkah strategis dalam pengendalian inflasi pangan. Ke depannya, diharapkan semakin banyak pelaku usaha yang dapat memanfaatkan dukungan pembiayaan sehingga dapat mengembangkan usahanya dan turut berkontribusi dalam upaya pengendalian inflasi pangan.
Dalam rangkaian kegiatan di Bali, Pemerintah juga melaksanakan Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Pada GNPIP tersebut dilaksanakan pencanangan sinergi/komitmen pengendalian inflasi oleh TPIP dan TPID di wilayah Bali-Nusra, antara lain melalui komitmen sinergi Kerjasama Antar Daerah (KAD) antara gapoktan dan SPPG, pasokan pangan perumda dan industri pariwisata, komitmen program peningkatan luas tambah tanam (LTT), serta pemberian bantuan untuk peningkatan produktivitas pertanian.
Turut hadir dalam rangkaian Rapat Koordinasi dan GNPIP tersebut antara lain Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, Kepala Departemen Regional Bank Indonesia, Asisten Deputi Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Asisten Deputi Kementerian Pariwisata, Direktur Badan Gizi Nasional, Direktur Badan Pangan Nasional, Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Sekretaris Daerah Provinsi NTB, Kepala Biro Perekonomian NTT, perwakilan Kementerian Dalam Negeri, perwakilan Kementerian Pertanian, Kepala Perwakilan Bank Indonesia se-Bali-Nusra, dan perwakilan TPID se-Bali-Nusra.