Kamis, 29 Maret 2012

SAS® Visual Analytics terbaru membantu organisasi dalam menganalisa dan mem-visualisasikan big data

  Super cepat, solusi in-memory memberikan kinerja tinggi dan wawasan yang mendalam
JAKARTA (29 Maret 2012) – Solusi business intelligence (BI) in-memory terbaru SAS menggunakan interface yang sangat menarik secara visual untuk menghadirkan analytics yang powerful bagi pengguna lebih luas dari pada sebelumnya. SAS Visual Analytics, produk terbaru dari keluarga SAS High-Performance Analytics yang dihasilkan pemimpin business analytics, menyediakan cara yang cepat, sederhana dan berbiaya efektif untuk memperoleh wawasan tentang bisnis dan keputusan yang lebih baik.
Dengan SAS Visual Analytics, organisasi dapat:
  • Menerapkan kekuatan Analytics SAS ke dalam sejumlah data besar.
  • Secara visual dapat mengeksplorasi data dengan sangat cepat.
  • Membagi wawasan ter-update dengan siapa saja, di mana saja, baik melalui Web atau iPad®.
SAS Visual Analytics mengkombinasikan analytics industri yang terkemuka, arsitektur in-memory yang unik, eksplorasi data yang intuitif, mendukung Hadoop dan opsi cara pengiriman informasi, termasuk iPad. Ini merupakan satu-satunya mesin in-memory yang di desain khusus untuk visualisasi bisnis yang memiliki big data pada hardware yang murah dan tanpa memerlukan kepemilikan.
"Kecepatan arsitektur in-memory memberikan banyak manfaat. Organisasi dapat mengeksplorasi volume data yang besar dan memperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan dalam waktu yang mendekati real time," kata Dan Vesset, Program Vice President, penelitian business analytics IDC. "SAS Visual Analytics memberikan bonus ganda: kecepatan in-memory analytics di tambah dengan kemampuan self-service yang meniadakan cara tradisional menunggu IT menghasilkan laporan. Bisnis di masa sekarang harus berdasarkan keputusan atas wawasan yang diperoleh dari data, dan proses tersebut memerlukan kecepatan yang harus hampir seketika.”

Melebihi business intelligence

"SAS Visual Analytics membantu pelaku bisnis untuk secara visual mengeksplorasi data oleh mereka sendiri," kata CEO SAS, Jim Goodnight. "Semua itu berjalan dengan baik di luar query dan laporan tradisional. Berjalan dengan biaya murah, menggunakan blade servers sesuai standar industri, arsitektur untuk high-performance dan in-memory menyampaikan jawaban dalam hitungan detik atau menit, bukan selama berjam-jam atau berhari-hari.
"Inti dari SAS Visual Analytics –SAS® LASR™ Analytics Server yang merupakan inovasi kami – mempercepat eksplorasi data dan visualisasi. Mesin in-memory analytics ini akan melengkapi seluruh portfolio produk software, di rancang dengan baik setelah 35 tahun SAS menerapkan inovasi analytics untuk menangani aset big data," kata Goodnight. "Dengan tambahan kemampuan publish-to-mobile dan visualisasi grafis, sehingga tidak ada yang dapat dibandingkan dengan SAS Visual Analytics."
Perusahaan yang telah melihat demonstrasi SAS Visual Analytics dapat melihat dengan jelas tentang nilai bisnis dari eksplorasi data visual dengan hasil yang sangat cepat.
"Dalam SAS Visual Analytics, saya dapat mengetahui dengan cepat tentang manfaat potensial dalam memasukkan informasi catatan panggilan kami dalam jumlah besar secara detil ke dalam model kami, selain itu mengetahui nilai scoring dan menargetkan pelanggan secara real time dengan tawaran yang paling relevan," kata Antoine Georges, Vice President of Analytics, Virgin Mobile USA, perusahaan Sprint prabayar. "SAS Visual Analytics membantu kami untuk dapat menggali big data kami dengan cepat untuk menemukan kesempatan, dan secara tepat waktu, memanfaatkan data tersebut secara maksimal.”

Big data tanpa batas

Komponen inti SAS Visual Analytics, SAS LASR Analytic Server, menggunakan Hadoop (ditanamkan Hadoop Distributed File System) sebagai storage lokal pada server untuk toleransi kesalahan. SAS LASR Analytic Server telah diujikan pada jutaan baris data dan sangat terukur, melampaui batasan kolom yang biasanya sangat banyak terdapat dalam sistem manajemen database relasional (RDBMS).
Semakin banyak data yang digunakan dalam analisis, maka hasilnya menjadi lebih akurat. Ini menjadi menarik karena akurasi sangat penting dalam pemecahan masalah di lingkungan big data, baik untuk data terstruktur dan tidak terstruktur.
SAS Visual Analytics dapat memecahkan banyak permasalahan bisnis. Sebagai contoh, manajer marketing campaign pada perusahaan ritel yang memiliki ratusan toko dan semakin berkembangnya kanal penjualan online memerlukan rekomendasi next-best-offer yang lebih rumit untuk pelanggannya secara cepat. SAS Visual Analytics dapat membantu analis untuk melihat seluruh data dari penjualan online, toko, informasi demografi eksternal dan media sosial. Seluruh populasi dapat di analisa untuk menentukan tawaran atau interaksi terbaik dari pada dengan menggunakan sampel, bergerak dengan cepat dan secara langsung membuat rekomendasi dengan yakin dan tepat. Informasi ini juga dapat didistribusikan dengan mudah.
Bank dan perusahaan pasar modal juga dapat menggunakan kekuatan SAS Visual Analytics untuk membantu staf di cabang ritel, bank komersial dan penasehat keuangan menghilangkan kekusutan big data untuk memperbaiki interaksi pelanggan dan nasehat finansial dengan cara yang tepat waktu.
SAS Visual Analytics mencakup:
  • SAS LASR Analytic Server – klien berkomunikasi dengan SAS LASR Analytic Server untuk perhitungan tentang data residen in-memory dan memberikan hasil yang sangat cepat.
  • Hub – lokasi sentral untuk menghasilkan berbagai macam elemen SAS Visual Analytics.
  • Mobile – alat untuk melihat laporan, terhubung dengan server dan men-download informasi pada saat itu juga.
  • Explorer – alat untuk melakukan data discovery dan visualisasi secara ad hoc dalam mengeksplorasi dan menganalisa data.
  • Designer – digunakan untuk membuat laporan standar dan custom serta dashboards.
  • Environment Administration – digunakan oleh administrator untuk mengatur pengguna, keamanan dan data.
Komponen server dijalankan pada Red Hat atau SUSE Linux, dan di mobile klien juga dapat tersedia di iPad dari iTunes® App Store. Perangkat mobile lainnya juga akan tersedia pada masa mendatang.
Konfigurasi high end tidak ada batasnya, konfigurasi referensi SAS LASR Analytic Server di mulai dengan server eight-blade dengan prosesor 96 core, memori 768 gigabytes dan penyimpanan disk 4,8 terabytes (TB). Konfigurasi referensi atasnya adalah 96 blades dengan 1.152 core, memori 9,2 TB dan penyimpanan disk 57,6 TB, space tersebut sudah cukup untuk menyimpan seluruh Perpustakaan Amerika Serikat sebanyak enam kali lipat.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai SAS Visual Analytics, antara lain screen shots, pendapat analis industri, video dan sumber lainnya, silahkan klik press kit online atau kunjungi http://www.sas.com/presscenter/visual-analytics/index.html


Tentang SAS
SAS merupakan pemimpin software dan layanan business analytics, dan vendor independen terbesar dalam pasar Business Intelligence. Melalui solusi inovatif, SAS membantu pelanggan di lebih dari 55.000 tempat untuk meningkatkan performa kinerja perusahaan dan membantu proses pembuatan keputusan menjadi lebih cepat dan tepat. Sejak 1976 SAS telah memberikan kepada pelanggan di seluruh dunia kemampuan THE POWER TO KNOW®.



Senin, 26 Maret 2012

IBM Indonesia Memimpin Pangsa Pasar Pendapatan Server secara Keseluruhan di Kuartal Empat 2011

 IBM Memimpin Pasar Server dan External Disk Storage di ASEAN berdasarkan Pendapatan di Kuartal Empat 2011

Jakarta, 26 Maret 2012: Hari ini IBM (NYSE:IBM) mengumumkan sebuah momentum kepemimpinan di pasar Server dan Storage Indonesia, dimana IBM menempati posisi nomor satu menurut pangsa pasar pendapatan server dan storage selama Kuartal empat 2011, menurut perusahaan konsultan dan penelitian pasar Teknologi Informasi yang terkemuka, IDC*.

Di Indonesia, IBM mempertahankan kepemimpinannya dalam hal pangsa pasar pendapatan server secara keseluruhan dengan porsi 41,2%, 9,6 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya pada kuartal empat 2011.

IBM juga memimpin pasar External Disk Storage secara keseluruhan dengan pangsa pasar 24,7% berdasarkan pendapatan, suatu pencapaian yang cukup besar untuk menduduki posisi pertama.

IBM adalah vendor nomor satu di segmen pasar server dan external disk storage Indonesia pada Kuartal empat 2011, yang meliputi:
· Segmen high-end enterprise ($250k+ server) dengan pangsa pendapatan yang kokoh (55,6%) --11,1 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya
· Pangsa pendapatan pasar server volume (<$25k) sebesar 33,6% -- 1,1 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya
· Segmen server RISC dan EPIC dengan pangsa pendapatan sebesar 56,2% -- 26,9 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya
· Pangsa pendapatan server Unix non-x86 sebesar 62.7% -- 42,9 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya
· Segmen server x86 dengan pangsa pendapatan sebesar 34,7% -- 2,1 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya
· Server blade x86 dengan pangsa pendapatan sebesar 33,3% -- 3,9 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya
· Pangsa pendapatan External Disk Storage kelas menengah sebesar 33,2% -- 11,4 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya.

“Kepemimpinan IBM dalam meghantarkan penawaran-penawaran server yang inovatif mempertegas strategi kami untuk menyediakan portofolio penawaran server yang paling lengkap dan menjanjikan penghematan biaya dan kehandalan di waktu mendatang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat, semakin banyak pelanggan yang mengandalkan IBM untuk membantu mempercanggih infrastruktur TI mereka, mewujudkan penghematan biaya dan berinovasi untuk tumbuh. Kami tetap berfokus pada investasi untuk membantu pelanggan kami dan masyarakat luas terus tumbuh dan berinovasi,” jelas Fetra Syahbana, Country Manager, Systems & Technology Group, IBM Indonesia.

Tahun lalu, IBM memperkenalkan pendekatan Smarter Computing miliknya kepada industri TI dalam memperkokoh posisinya di Indonesia. Smarter Computing ini bertujuan agar perusahaan-perusahaan dapat mewujudkan tingkat efisiensi, kehandalan dan performa yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Strategi ini berfokus pada tiga aspek mendasar: memanfaatkan analitik untuk mengeksploitasikan data dalam jumlah besar untuk tujuan bisnis; memanfaatkan sistem-sistem yang telah dioptimalkan dan dirancang untuk tugas khusus; dan mengelola TI sebisa mungkin dengan teknologi komputasi awan.


Kepemimpan IBM di pasar server dan storage ASEAN

IBM juga mengumumkan momentum kepemimpinannya di pasar server ASEAN. IBM berada di posisi nomor satu dengan 40% pangsa pasar berdasarkan pendapatan pangsa pasarnya yaitu 9,2 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya

IBM memimpin pasar External Disc Storage ASEAN dengan pangsa pasar pendapatan sebesar 26% di kuartal empat 2011, 4,5 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya.

IBM ASEAN juga menduduki posisi teratas berikut ini pada Kuartal empat 2011:
· Segment server enterprise kelas atas ($250+) dengan pangsa pendapatan sebesar 70% -- 45,1 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya
· Pasar server RISC/EPIC (berdasarkan pendapatan) dengan pangsa 53,1% -- 25,7 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya
· Segmen External Disk Storage kelas menengah dengan pangsa pasar 25% (berdasarkan pendapatan)
· Segmen External Disk Storage kelas atas dengan pangsa pasar 41,7% (berdasarkan pendapatan)
· Pangsa pendapatan server Unix non-x86 dengan pangsa pasar sebesar 55,8% --31,8 poin lebih tinggi dari pesaing terdekatnya

Phong Taylor, Wakil Presiden, Systems & Technology Group, IBM ASEAN, mengatakan, “kepemimpinan kami mem-validasikan manfaat inisiatif komputasi pintar kami yang memanfaatkan kekuatan IBM di bidang pengintegrasian analitik dan Big Data, sistem-sistem yang dioptimalkan dan komputasi awan. Kami percaya bahwa rangkaian inisiatif IBM Smarter Planet berikutnya, dimana komputasi akan memiliki sistem-sistem dengan “kecakapan terintegrasi” akan memperkokoh kepemimpinan kami. Sistem-sistem yang baru ini akan memadukan kecanggihan semikonduktor, penelitan dan layanan IBM dalam suatu sistem yang terintegrasi. Selain mengurangi biaya kepemilikan total TI dengan mengurangi jumlah administrator yang menangani server fisik dan virtual, hal ini juga akan memungkinkan bagian TI untuk “menyesuaikan” investasi TI mereka dengan memanfaatkan sumber daya awan bersama untuk menangani beban kerja di waktu-waktu puncak. "


--ooOOoo--


Tentang IBM
Untuk informasi lainnya tentang IBM, silahkan kunjungi ibm.com

SURVEY IBM: 60 PERSEN CMO ASEAN TIDAK SIAP MENGHADAPI TANTANGAN TRANSFORMASI ERA DIGITAL

 Sebagian besar CMO mengakui bahwa mereka kurang terlibat dalam perbincangan real-time tentang merk atau produk mereka; masih berfokus untuk memahami pasar, bukan untuk memahami setiap individu guna menetapkan strategi
 
Para CMO juga harus membuktikan ROI pemasaran mereka

 Jakarta, 22 Maret 2012:  Sebuah survei yang dilakukan IBM (NYSE: IBM) terhadap lebih dari 1.700 chief marketing officer (CMO) dari 64 negara dan 19 industri, termasuk 70 CMO dari ASEAN, membuktikan bahwa sebagian besar eksekutif pemasaran puncak terbaik dunia menyadari adanya pergeseran penting yang permanen dalam cara mereka berinteraksi dengan pelanggan mereka. Namun demikian, pertanyaannya adalah: apakah bagian pemasaran mereka siap untuk menghadapi perubahan ini?

Di waktu yang sama, survei ini juga membuktikan bahwa ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan pemasaran telah berubah. Meskipun 59 persen dari CMO ASEAN (Global: 63 persen) menganggap ROI pemasaran adalah ukuran utama untuk menilai efektifitas fungsi-fungsi pemasaran pada tahun 2015, termasuk di perusahaan-perusahaan besar yang sukses, mereka merasa tidak siap untuk menyajikan angka-angka pastinya.

Dan sebagian besar dari eksekutif ini – yang bertanggung jawab atas pemasaran terintegrasi dari produk, layanan dan reputasi merk mereka – mengatakan bahwa mereka kurang memiliki pengaruh di beberapa bidang utama seperti pengembangan produk, penetapan harga dan pemilihan saluran penjualan.
 
Revolusi Digital Mentransformasikan Pasar

Globalisasi memudahkan kita untuk terhubung dengan siapapun di dunia ini. Saat ini, siapapun bisa menjadi penyiar, penerbit dan kritikus – kita tidak dapat bersembunyi, dan transparansi adalah harga yang harus kita bayar. Artinya, saat ini terdapat begitu banyak data dari beragam sumber, meskipun data tersebut tidak jelas.

Para pelanggan berbagi pengalaman mereka secara online, sehingga mereka memiliki pengaruh yang lebih kuat atas merk. Pergeseran kekuatan dari perusahaan ke pelanggan ini membutuhkan pendekatan, sarana dan kecakapan pemasaran yang baru agar perusahaan tetap dapat bersaing. Para CMOs menyadari pergeseran ini, tetapi mereka sulit meresponnya.
 
“Pengaruh yang dibawa media sosial merupakan suatu perubahan permanen dalam pola hubungan dengan pelanggan,” tutur Charles Njendu, Senior Engagement Manager, Strategy & Transformation, Global Business Services, IBM Singapore. “Sekitar 90 persen dari informasi real-time yang tercipta saat ini adalah data tidak terstruktur. Para CMO yang dapat memanfaatkan sumber wawasan yang baru ini akan memiliki posisi yang baik untuk meningkatkan pendapatan, merancang ulang hubungan pelanggan mereka, dan membangun nilai-nilai merk mereka.”
 
Tidak Siap Menghadapi Kerumitan

Survei IBM ini menemukan bahwa meskipun 76 persen CMO ASEAN (Global: 79 persen) memperkirakan perusahaan mereka akan menghadapi kerumitan yang tinggi atau sangat tinggi dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun mendatang, jika dibandingkan dengan saat ini. Hanya 40 persen (Global: 48 persen) yang merasa siap untuk menghadapi kerumitan baru ini. Dengan demikian terdapat kesenjangan sebesar 36 persen (Global: 31 persen).
 
Pada dasarnya, survei ini menggaris-bawahi empat tantangan utama yang dihadapi CMO di mana saja: ledakan data (ASEAN: 56 persen, Global: 71 persen), media sosial (ASEAN: 64 persen, Global: 68 persen), pilihan saluran dan perangkat (ASEAN: 48 persen, Global: 65 persen), serta pergeseran demografi (ASEAN: 52 persen, Global: 63 persen). Semua ini merupakan faktor penentu yang bersifat universal  dan pervasif bagi bagian pemasaran dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun.

Untuk menghadapi tantangan pertama – ledakan data -- CMO ASEAN cenderung menerapkan sarana dan teknologi selama tiga hingga lima tahun mendatang, termasuk penggunaan sarana media sosial (ASEAN: 93 persen, Global: 82 persen), analitik pelanggan (ASEAN: 89 persen, Global: 81 persen), dan pengelolaan hubungan pelanggan (ASEAN: 85 persen, Global: 81 persen).

Meskipun terdapat desakan untuk segera melakukan perubahan, para CMO mengatakan biaya (ASEAN: 63 persen, Global: 72 persen), ketidak-pastian ROI (ASEAN: 61 persen, Global: 61 persen), dan masalah pengimplementasian sarana (ASEAN: 36 persen, Global: 47 persen) merupakan kendala yang menghalangi mereka mengadopsi sarana dan teknologi baru.
 
Untuk mengatasi masalah ketidak-siapan ini, para CMO berfokus pada tiga bidang perbaikan – menghantarkan manfaat untuk memberdayakan pelanggan, memupuk hubungan jangka panjang, serta memanfaatkan hasil ukuran dan manfaat.
 
Menghantarkan Manfaat untuk Memberdayakan Pelanggan

Salah satu alasan mengapa sebagian besar perusahaan sulit mendapatkan wawasan pelanggan adalah karena mereka masih berfokus untuk memahami pasar, bukan masing-masing individu. Meskipun para CMO menyadari bahwa hubungan yang erat dengan pelanggan merupakan prioritas, dan menyadari dampak dari data real-time untuk melengkapi metode pemasaran saluran tradisional dan pengumpulan umpan balik pasar, sebagian besar dari mereka merasa masih terbelenggu oleh pendekatan-pendekatan abad ke-20.  

Sebagian besar CMO yang disurvei masih berfokus pada sumber-sumber informasi tradisional seperti riset pemasaran (ASEAN: 84 persen, Global: 82 persen), tolak ukur kompetitif (ASEAN: 83 persen, Global: 80 persen), dan analisa kampanye penjualan (ASEAN: 61 persen, Global: 68 persen) untuk mendukung pengambilan keputusan strategis.
 
Meskipun sumber-sumber informasi tradisional penting, sebagian besar memiliki satu kelemahan utama – sumber-sumber ini hanya menggambarkan pelanggan secara agregat, sehingga wawasan tentang keinginan dan kebutuhan masing-masing pelanggan sangat terbatas.

Hanya sedikit CMO yang mengeksploitasikan kekuatan yang ditawarkan jaringan digital. Meskipun sekitar dua per tiga dari CMO ini (ASEAN: 70 persen, Global: 74 persen) menggunakan analitik pelanggan untuk menggali data, hanya 29 persen dari CMO ASEAN (Global: 26 persen) yang sudah melacak blog, 41 persen (Global: 42 persen) sudah melacak ulasan pihak ketiga, dan 46 persen (Global: 48 persen) sudah melacak ulasan pelanggan untuk membantu menetapkan strategi pemasaran. Alasan utama mereka adalah sarana, proses dan ukuran yang mereka gunakan tidak dirancang untuk menangkap dan mengevaluasi data tidak terstruktur yang dihasilkan platform-platform sosial.
 
Charles Njendu membandingkan pemasar yang meremehkan dampak media sosial dengan mereka yang belum menyadari fungsi Internet sebagai platform yang dahsyat untuk perniagaan. Seperti kemunculan e-business lebih dari satu dekade yang lalu, pengadopsian media sosial secara luas oleh pelanggan dari semua kelompok demografi merupakan peluang bagi pemasar untuk untuk meningkatkan pendapatan, nilai merk dan membangun kembali hubungan antara perusahaan dengan pembeli. Pemasar yang berhasil menuai wawasan dari media sosial akan lebih siap menghadapi pergeseran pasar dan teknologi di waktu mendatang.


Memupuk Hubungan Jangka Panjang

Para CMO yang proaktif membangun hubungan dengan pelanggan pasca penjualan; dan mereka mempererat hubungan ini dengan menciptakan sebuah karakter korporat yang dimanifestasikan dalam semua tindakan dan ucapan karyawan.
 
Dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di tingkat global (Global: 67 persen), 83 persen CMO ASEAN menganggap peningkatan advokasi dan kesetiaan pelanggan sebagai prioritas utama untuk berinvestasi dalam teknologi digital.
 
Meskipun disebut sebagai prioritas, sebagian besar CMOs masih berfokus pada transaksi, bukan pada data yang dibutuhkan untuk membangun hubungan yang langgeng dengan pelanggan. Sekitar 70 persen CMO ASEAN (Global: 61 persen) hanya menggunakan data untuk mensegmentasikan pelanggan dan menjual; bukan untuk meningkatkan kesadaran, menstimulasikan minat, dan membangun kesetiaan dan advokasi.
 
Menuai Manfaat, Mengukur Hasil

Secara tradisional, sebagian besar CMO tidak diharuskan menyediakan bukti keuangan nyata atas ROI mereka. Namun demikian, dengan perekonomian yang tidak pasti dan tekanan untuk meningkatkan keuntungan, perusahaan tidak bisa lagi memberikan keleluasaan anggaran untuk inisiatif pemasaran mereka. Para CMO menyadari bahwa kini mereka harus mengkuantifikasikan manfaat yang mereka berikan kepada perusahaan, termasuk investasi mereka dalam iklan, teknologi atau kegiatan lainnya.

 
Bahkan, 59 persen CMO ASEAN (Global: 63 persen) percaya bahwa ROI dari pengeluaran pemasaran akan menjadi ukuran terpenting untuk menilai keberhasilan mereka pada tahun 2015. Meskipun tidak semua (ASEAN: 54 persen) merasa siap untuk mempertanggung-jawabkan ROI pemasaran, CMO ASEAN (54 persen) tampaknya lebih siap dari pada rekan-rekan mereka di tingkat global (44 persen). Ukuran penting lainnya untuk menilai kesuksesan pemasaran adalah pengalaman pelanggan yang positif (ASEAN: 56 persen, Global: 58 persen), kemampuan untuk menarik dan mengalihkan pelanggan (ASEAN: 54 persen, Global: 48 persen), dan penjualan secara keseluruhan (ASEAN: 51 persen, Global: 45 persen).
 
Para CMO mengatakan bahwa mereka memiliki pengaruh yang kuat atas kegiatan promosi seperti iklan (ASEAN: 85 persen, Global: 84 persen), komunikasi eksternal (ASEAN: 87 persen, Global: 82 persen) dan inisiatif media sosial (ASEAN: 70 persen, Global: 73 persen).

Tentang Global CMO Study

2011 IBM Global Chief Marketing Officer Study adalah survei IBM yang pertama terhadap CMO — dan yang ke-15 dalam rangkaian IBM C-suite Studies yang dikembangkan IBM Institute for Business Value. Antara bulan Pebruari dan Juni 2011, IBM melakukan wawancara langsung dengan 1.734 CMO di 19 industri dan 64 negara. Tujuannya adalah untuk lebih memahami sasaran mereka dan tantangan yang mereka hadapi. Para responden datang dari berbagai jenis perusahaan, mulai dari 48 dari 100 merk terbaik menurut peringkat Interbrand 2010 hingga perusahaan-perusahaan dengan profil lokal.
 
Untuk mengakses seluruh hasil 2011 IBM Global CMO Study, kunjungi http://ibm.com/cmostudy.

Rabu, 21 Maret 2012

Dapatkah mood online suatu negara memprediksi kenaikan pengangguran?

SAS dan PBB menganalisa sosial media untuk menemukan indikator yang dapat mengarahkan dan memperlambat meningkatnya pengangguran

 JAKARTA (21 Maret 2012)SAS dan United Nations Global Pulse telah mempelajari bahwa obrolan dan sentimen pembicaraan dalam sosial media dapat memberikan peringatan sebelum jumlah pengangguran meningkat dan menginformasikan pembuat kebijakan tentang akibat yang mungkin terjadi. Menganalisa setengah juta blog, forum dan site pemberitaan, SAS® Social Media Analytics dan SAS Text Miner memeriksa data sosial media selama dua tahun dari Amerika dan Irlandia sebagai referensi tentang pengangguran dan bagaimana cara orang-orang mengatasinya.

SAS membandingkan nilai mood dan volume percakapan dengan statistik pengangguran resmi untuk melihat apakah trend kenaikan di atas normal pada topik tersebut adalah indikator melonjaknya pengangguran. Analisis tersebut menunjukkan jika meningkatnya obrolan tentang pemotongan belanja, meningkatnya penggunaan transportasi publik dan penggantian jenis kendaraan menjadi yang lebih murah, memang dapat memprediksi meningkatnya pengangguran.

Setelah meningkat, pembicaraan di sosial media yang meningkat adalah tentang beberapa topik seperti liburan yang tidak jadi, menurunnya pengeluaran kesehatan, dan penyitaan atau pengusiran yang menjadi pertanda utama efek penurunan ekonomi. Informasi semacam itu menjadi berharga bagi pembuat kebijakan untuk mencoba mengurangi efek negatif dari meningkatnya pengangguran.

UN Global Pulse memeriksa bagaimana jenis data yang baru melengkapi dan memperkuat lembaga penyedia statistik resmi tentang bagaimana krisis global mempengaruhi masyarakat. Dengan menggunakan sumber data baru yang powerful – sosial media global – SAS dan UN Global Pulse menunjukkan bagaimana menganalisa sosial media dapat memberikan feedback secara real-time bagi pembuat keputusan dan meningkatkan kemampuan untuk mengatur peristiwa yang mengganggu.

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon berbicara tentang Global Pulse dalam Sidang Umum di bulan November. “Sektor swasta sedang menganalisa data baru ini untuk memahami pelanggannya secara real-time,” katanya. “Banyak dari data ini mencakup sinyal yang berkaitan dengan pengembangan. Kita harus dapat menggunakannya untuk menjelaskan apa yang terjadi, dan ketika sedang terjadi.”


Menganalisa mood sebuah negara
 
Perubahan-perubahan dalam mood sebuah negara dapat juga menjadi indikator tentang tertundanya kenaikan pengangguran. Dengan menganalisa sentimen, tiap referensi pengangguran menerima “nilai mood” berdasarkan tone: Apakah para pengangguran optimis akan masa depan? Depresi tentang prospek? SAS secara lebih jauh mensortir data berdasarkan tema, termasuk perumahan, transportasi dan keuangan, menggunakan istilah sepertimobil di sitaataudalam proses penyitaan.”

Di Amerika, meningkatnya mood permusuhanatau “depresiterjadi empat bulan sebelum meningkatnya pengangguran. Meningkatnya obrolan pengangguran cemasdi Irlandia berhubungan dengan meningkatnya pengangguran lima bulan kemudian. Meningkatnya obrolan “kebingungan” mendahului peningkatan tiga bulan kemudian, sedangkan obrolan percaya diriberkurang secara signifikan dua bulan kemudian. Sebuah dashboard menampilkan hasil, meliputi tren, mood para pengangguran yang diekspresikan dalam sosial media, mood berubah setiap saat, dan mengarahkan serta memperlambat indikator syok pengangguran.

Sosial media dan isi internet seperti surat dan panggilan telepon yang selalu menginformasikan organisasi. Hanya saja, saat ini bentuknya digital, bersifat publik dan skala besar. “Harta” yang belum tersentuh itu dapat memberikan feedback secara real-time untuk kebijakan, meningkatkan keselamatan publik, meningkatkan hubungan warga negara dan mendukung penelitian sosiologi yang penting,” kata I-sah Hsieh, Global Manager, International Development, SAS. “Akan tetapi Anda memerlukan teknologi yang dapat menganalisa teks mentah untuk sinyal tersembunyi dan sentimen, menangani jumlah data yang sangat banyak dan menunjukkan analisis prediktif.” 

Tentang SAS
SAS merupakan pemimpin software dan layanan business analytics, dan vendor independen terbesar dalam pasar Business Intelligence. Melalui solusi inovatif, SAS membantu pelanggan di lebih dari 55.000 tempat untuk meningkatkan performa kinerja perusahaan dan membantu proses pembuatan keputusan menjadi lebih cepat dan tepat. Sejak 1976 SAS telah memberikan kepada pelanggan di seluruh dunia kemampuan THE POWER TO KNOW®.

Senin, 12 Maret 2012

Relawan IBM Corporate Service Corps (CSC) Membantu Mengembangkan Kecakapan Teknologi Informasi dan Bisnis di Makassar

 
Makassar, 12 Maret 2012 -- IBM baru-baru ini berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan lembaga-lembaga pendidikan di Makasar untuk membantu mempercepat pembangunan di kota tersebut. Para relawan yang tergabung dalam tim IBM CSC (Corporate Service Corps) ke-10 yang ditugaskan di Makassar ini membantu pemerintah daerah dan lembaga-lembaga pendidikan mengembangkan dan membangun kecakapan yang dibutuhkan daerah tersebut untuk bersaing di pasar global.
 
Makassar merupakan pasar yang penting dan IBM memiliki komitmen yang kuat untuk membantu daerah ini berkembang dan berinovasi. Lebih lanjut, IBM melihat adanya peningkatan permintaan dan tantangan yang dihadapi dunia usaha di wilayah Makassar. Untuk itu IBM hadir di kota Makassar membantu dunia usaha, pemerintah dan industri untuk menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi oleh bisnis mereka.
 
Melalui berbagai inisiatif seperti Program CSC di Makassar ini, IBM memperkuat fokusnya pada pasar-pasar di luar kawasan metropolitan, memperluas jangkauannya ke masyarakat di luar dunia bisnis tradisional. Teknologi dan keahlian IBM dapat membantu membangun kota Makassar yang Lebih Pintar sehingga dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi berbagai solusi pintar yang dimiliki IBM.

“IBM memanfaatkan sumber dayanya yang paling berharga untuk mengatasi berbagai masalah pelik yang ada di dunia,” jelas Hartini Harris, Country Manager, Marketing, IBM Indonesia. “Kami yakin bahwa kemitraan yang berkesinambungan dengan berbagai komunitas di Indonesia akan menuai hasil yang signifikan dan konkrit di waktu mendatang.”

Tim CSC kali ini terdiri dari karyawan IBM terbaik dari Amerika, Brazil, India, Amerika, Mexico, Austria, India dan Phillipina. Mulai tanggal 12 Maret 2012 mereka akan bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Laut Indonesia, Dinas Tata Ruang Kota Makassar, Badan Arsip Perpustakaan dan Pengelolaan Data Kota Makassar, Dinas Pendidikan Kota Makassar, Rumah Sakit Umum Kota Makassar dan Dinas Pehubungan Makassar.
 
Para relawan IBM ini membangun sistem-sistem TI, memberi nasehat tentang konten kurikulum, mentransfer kecakapan, dan membantu membangun hubungan business-to-business dan business-to-government. Singkatnya mereka akan membantu berbagai organisasi terkait untuk meningkatkan kecapakan di bidang teknologi, manajemen, riset dan pemasaran.

IBM CSC adalah bagian dari portofolio IBM Global Citizen dan sering kali disebut sebagai Korps Perdamaian versi bisnis. Ini merupakan program filantropis yang mengirimkan karyawan-karyawan IBM untuk membantu mengatasi masalah pelik di negara-negara berkembang seperti Indonesia. IBM meluncurkan program ini pada tahun 2008 untuk membantu karyawan-karyawan IBM menjadi profesional global dan warga global abad ke-21 yang lebih efektif, di samping membantu mengatasi masalah pelik di negara-negara berkembang.

Mereka menangani permasalahan di bidang pembangunan ekonomi, entreprenir, transportasi dan pendidikan, layanan pemerintah, kesehatan, serta pemulihan bencana. Bagi negara tuan rumah, ini merupakan kesempatan baik untuk meraih manfaat dari keahlian IBM guna mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
Untuk informasi lainnya tentang IBM, silahkan kunjungi www.ibm.com/id

Senin, 05 Maret 2012

Bisnis Analitik Dari IBM Membantu Acara Anugrah Piala Oscar

Lab Inovasi Annenberg milik the University of Southern California, IBM, dan the Los Angeles Times berkolaborasi untuk mengukur sentimen media sosial yang berhubungan dengan Acara Academy Awards yang lalu

 Jakarta, 5 Maret 2012 – Para pegguna sosial menyalurkan aspirasi mereka tentang Piala Oscar®, menurut Lab Inovasi Annenberg milik the University of Southern California, IBM (NYSE: IBM), dan the Los Angeles Times, yang berkolaborasi untuk mengukur sentimen media sosial yang berhubungan dengan Academy Awards ke-84 yang lalu. Proyek ini, ‘Senti Meter’, mengandalkan teknologi pengenalan bahasa alami dan analitik canggih untuk mengukur opini positif maupun negatif yang dikemukakan dalam jutaan tweet publik.
Berfokuskan pada aktor, aktris dan kategori film terbaik, tujuan dari pengukuran ini adalah untuk menetapkan sebuah model pengukuran volume dan nada berbagai sentimen Twitter di seluruh dunia guna memahami opini para penggemar film. Hasilnya diharapkan akan menunjukkan bagaimana kemajuan teknologi dapat membantu mengidentifikasi beragam tren konsumen di masa yang akan datang. Dengan demikian, para perusahaan film akan dapat memahami preferensi penonton serta menggunakan media sosial untuk menyempurnakan program pemasaran mereka dan  pada akhirnya meningkatkan hasil box office.

 “Proyek ini adalah tentang pengidentifikasian 'The People's Oscar', yang artinya beranjak dari opini para pakar tentang siapa yang akan memenangkan Piala Oscar ke pemahaman tentang siapa yang benar-benar ingin dilihat para penggemar film memenangkan penghargaan paling bergengsi di industri ini,” tutur Profesor Jonathan Taplin, Direktur, Lab Inovasi Annenberg, USC. “Kami ingin menggambarkan bagaimana teknologi baru dapat menangkap informasi berharga yang dihimpun dari aspirasi para penggemar film.”

Kerja sama antara Lab Inovasi Annenberg dan IBM adalah bagian dari kolaborasi berkelanjutan antara kedua organisasi ini untuk meneliti bagaimana teknologi baru dapat dimanfaatkan berbagai orgaisasi – mulai dari kantor berita hingga wartawan, hingga studio film dan peritel, agar mereka dapat secara lebih baik memahami, merespon dan memprediksi sentimen publik.

Kemampuan untuk menerapkan sebuah alat ukur kuantitatif untuk percakapan di media sosial tetang film dan penampilan terbaik di musim ini, dan terus melakukannya selama beberapa lama, menambah dimensi baru yang berharga untuk liputan The Times tentang penghargaan   ini,” jelas Sallie Hofmeister, Assistant Managing Editor, Arts and Entertainment, The Times. “Kami tertarik untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi-teknologi baru untuk menambah wawasan pelaporan kami, dan kerja sama kami dengan IBM dan USC membuat tahap awal dari pengembangan alat sentimen sosial ini berjalan lancar.”

Mengenai perebutan Piala Oscar itu sendiri, piranti lunak bahasa dan analitik IBM yang inovatif digunakan untuk membedakan antara sindiran halus dan sarkasme untuk menentukan opini yang lebih akurat tentang film, aktor dan aktris, serta menggambarkan tren yang penting. Hingga kini, Lab Annenberg dan IBM sudah menerapkan teknik yang sama untuk peramalan fim, olah raga dan ritel pakaian jadi untuk mengidentifikasi tren media sosial dan lebih memahami opini publik.

"IBM menyediakan jasa solusi bisnis analitik yang dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan predictive intelligencetentang berbagai data," tutur Nina K Wirahadikusumah, Country Manager, Software Group, IBM Indonesia. "Perusahaan dapat menggunakan piranti lunak ini untuk lebih memahami data, menganalisa tren, meramal, merencanakan dan melakukan validasi asumsi untuk membuat kesimpulan yang paling efektif berdasarkan data yang akurat," Nina menambahkan.

Untuk informasi lainnya tentang: Lab Inovasi Annenberg  milik The University of Southern California, kunjungi www.annenberg.usc.edu; tentang IBM dan analitik, kunjungi www.ibm.com/analytics; atau tentang the Los Angeles Times, kunjungi www.latimes.com/aboutus.